Ghis, Nie, Mel, dan Rha pergi ke Kampus Tercinta yang tidak jauh dari kostan mereka. Hanya berjarak 1 km berjalan kaki. Belum sampai 500 meter mereka berjalan, terdengar suara gaduh dari dalam rumah bercat biru muda berpagar bambu. Mereka menghentikan langkah kaki serempak.
”Brakkk……! Prangggg……! “ terdengar suara kursi dan suara piring dijatuhkan ke lantai mewarnai kegaduhan yang tidak jelas.
“Kenapa ya dengan Mpok Siti?” Rha bertanya sambil melongok kearah rumah Mpok Siti.
“Mana ku tau? “ Mel mengerutkan dahi. Ghis menggelengkan kepala.
“Cari tau yuk, ada apa sih dengan mereka? Tidak seperti biasanya.” Nie menarik tangan Ghis. Menyeret Ghis ke halaman rumah, Mel dan Rha mengikuti dari belakang. Baru saja kaki mereka melangkah, tiba-tiba seorang laki-laki berperawakan tinggi besar dan wajah penuh bewok muncul dari dalam rumah sambil menenteng tas ransel besar dan menatap wajah mereka berempat.
“Ada apa disini? Gak kuliah kalian semua??” Laki-laki itu bertanya sangat tidak ramah.
“Maaf Bang Jun…kami lewat disini tadi, lalu….,” Rha menggantung kalimatnya.
“Lalu kami mendengar suara gaduh dari dalam rumah.” Mel meneruskan kalimat Rha.
“Bukan urusan kalian! Mengerti kamu?? Pergi sana!” Bang Jum mengusir mereka berempat.
Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara tangis Mpok Siti dan seorang anak kecil, yang meraung-raung.
“Bolehkah kami tau apa yang sebenarnya terjadi didalam sana Bang?” Ghis dan Nie bertanya serempak.
“Gak Boleh!” Bang Jun menghardik dan mengusir mereka berempat untuk pergi dari rumahnya. Mereka berempat pun pergi dari rumah tersebut, karena memang tidak pantas untuk mencampuri urusan rumah tangga mereka dan tak lama kemudian Bang Jun pun ikut menyusul di belakang mereka.
Di Kampus, pikiran mereka tidak lepas pada Mpok Siti dan anaknya. Pukul 13.30 siang mereka telah mengakhiri mata kuliah secara bersamaan, walaupun Jurusan mereka berbeda-beda. Ghis, ambil jurusan Finance, Mel memilih Public Relation, Nie lebih suka Interior Desain, sedangkan Rha nyaman dengan Jurusan Multimedia. Mereka berempat berkumpul di Kantin Kampus Tercinta.
Mereka selalu bersama sejak bergabung 2 tahun lalu di Kampus Tercinta, pertemuan mereka pun sungguhlah tidak sengaja.
Seperti Mel yang bertemu dengan Nie, karena pernah meminjam uang empat ribu rupiah untuk membayar ongkos angkot. Kebetulan, Nie yang saat itu duduk di halte depan kampus, sedang menunggu jemputan kakaknya. Karena Mel tidak ada uang kecil, Nie meminjamkan uangnya.
Sampai 1 minggu Mel selalu menunggu Nie di halte itu untuk mengembalikan uang Nie, tapi Nie tidak pernah muncul. Mel mencari di kampus pun tidak pernah bertemu Nie. Rupanya, Nie tidak pernah lagi menunggu jemputan, karena sudah kost di dekat kampus.
Lain halnya dengan pertemuan Rha dan Ghis, karena Rha suka dance modern dari SMK, Rha sering tampil mewakili sekolahnya untuk ikut kompetisi Dance di Mal-mal Jakarta. Dan sekolah Rha, selalu menjadi langganan juara.
Sedangkan Ghis suka sekali dengan Dunia Jurnalistik, maka tak urung kegiatan kompetisi untuk pelajar di Jakarta, apapun itu sering diliput Ghis, sebagai pencari berita untuk Mading sekolahnya. Ghis sering berkeliaran di Mal di seluruh Jakarta, hingga dipertemukan dengan Rha, saat wawancara. Dan tidak diduga lagi, saat kegiatan Ospek berlangsung, ternyata Rha satu team dengan Ghis, jadilah mereka bersahabat sejak saat itu.
“Hmmm….gimana kalau kita ke rumah Mpok Siti sekarang?” tanya Mel membuka percakapan sambil menghabiskan soft drinknya.
“Gue takut lho…,” Rha menyeruput jus alpukatnya.
“Dasar penakut! “ Nie melemparkan tissue ke badan Rha, sambil meneguk tegukan terakhir es teh manisnya.
“Gue setuju banget ! oke…jalan yuk sekarang, abis ke rumah Mpok Siti, gue mau ngerjain tugas nih, bejibun. “Ghis bangun dari tempat duduknya, meraih tas dan mengalungkannya ke bahu. Mel, Nie dan Rha berkemas dan membayar pesanan mereka.
Setibanya di rumah Mpok Siti. Suasana hening dari luar rumah. Tidak ada sama sekali kehidupan di dalam rumah. Pagar rumah pun terkunci rapat. Jendela rumah tertutup tidak seperti biasanya. Gorden jendela ruang tamu pun tidak terbuka seperti hari-hari lalu. Mel memberanikan diri pertama kali untuk mengucap salam. Tak ada sahutan dari dalam rumah. Hening. Lalu Nie, mengulang salam kembali sambil memanggil nama Mpok Siti berulang-ulang. Tak ada sahutan juga. Kali ini Ghis, mengucap salam ketiga. Tetap tak ada jawaban dari dalam rumah.
Mereka berempat berfikir sejenak. Diam tanpa kata. Tak ada satu orang pun di luar rumah saat itu, tetangga mereka pun tak ada. Memang biasanya jam segitu Ibu-ibu lebih suka di dalam rumah, tidur siang atau mengerjakan tugas rumah tangga. Hanya anak-anak kecil yang berkeliaran di siang yang
terik itu. Bermain sepeda atau main petak umpet.
“Lihat itu…” Rha menunjuk ke halaman rumah Mpok Siti.
“Apa sih, Rha? Gue gak liat apa-apa dech.” Mel menyahut
“Sendal Mpok Siti ! “ Rha masih menunjuk kearah sandal jepit warna hijau yang sering dipakai Mpok Siti.
“Ya Tuhan….Mpok Siti didalam!” Ghis berteriak kencang.
“Ayo kita kedalam saja, gue gak sabar nih…kenapa Mpok Siti gak mendengar salam kita!” Nie membuka pintu pagar rumah Mpok Siti.
“Gak sopan dech kalau kita seperti itu,” Rha menghadang langkah Nie.
“Terserah loe mau ngomong apa, gak mikir apa kalau terjadi sesuatu didalam sana sama dia? Dia kan tetangga kita.” Nie menerobos masuk halaman.
“Kita ketuk pintunya dulu dan beri salam, bila tidak ada sahutan juga, kita baru masuk. Gimana ?” Ghis mengajukan opsi.
Mereka bertiga mengangguk.
Mel dan Nie, mengetuk pintu berkali-kali. Tidak ada sahutan juga dari dalam. Ghis, memegang handel pintu dan menariknya ke bawah. Ternyata, pintu TIDAK TERKUNCI ! Mereka berempat kaget.
Mel dan Nie mendorong pintu perlahan, terbukalah pintu rumah Mpok Siti. Keadaan rumah Mpok Siti kacau balau. Di lantai berhamburan barang-barang pecah belah, pigura yang pecah, kursi makan yang retak, kaca meja tengah ruang tamu yang pecah dan frame pernikahan Mpok Siti dan Bang Jun, yang telah hancur terbelah dua. Ghis, Nie, Mel dan Rha hanya bisa terpaku memandangi keadaan rumah yang berantakan itu. Mel berlari ke ruang tengah, tidak ditemukan Mpok siti disana. Nie berjalan ke dapur, tidak ada Mpok Siti. Ghis dan Rha melangkah menuju ke kamar Mpok Siti. Nie dan Mel mengekor di belakang.
"Mpok Siti….” Rha memanggil pelan sambil mengetuk pintu kamar.
Karena tidak ada sahutan, mereka berempat mendorong pintu secara serempak.
“Astaghfirullah……!” Ghis berteriak, diikuti teriakan ketiga sahabatnya.
Apa yang mereka lihat sungguh diluar dugaan. Mpok Siti terlentang dilantai dengan MULUT DIPENUHI BUSA. Ada kaleng Obat Pembasmi nyamuk bersandar disamping Mpok Siti, beserta gelas mug besar. Entah apa yang telah meracuni pikiran Mpok Siti, sampai dia begitu NEKAD mau menghabisi nyawanya sendiri sebelum Tuhan mengutus Malaikat Izrail untuk menyudahi waktu Mpok Siti di dunia yang fana ini.
Mereka berempat memeluk Mpok Siti. Nie dan Rha, meneteskan airmata. Ghis segera berlari keluar untuk menemui Pak RT. Mel langsung menghubungi ambulan sebuah Rumah Sakit terdekat. Mpok Siti baru saja menenggak hampir 1 kaleng Racun Serangga.
Pak RT sudah tiba beserta warga yang lain di tempat kejadian. Mereka membawa Mpok Siti keluar dari kamar. Ambulan sudah siap di depan rumah. Mpok Siti diangkut ke Rumah Sakit terdekat tidak jauh dari kampus. Ghis, Nie, Rha dan Mel pun ikut bersama warga lain ke Rumah Sakit.
**********
Dua Setengah Tahun kemudian…..
Ghis dan Rha sibuk menyiapkan hidangan untuk para tamu yang akan datang hari itu. Nie dan Mel sibuk mendekor ruangan yang akan dipakai untuk standing party. Rangkaian bunga ucapan selamat dari para relasi dan keluarga telah berdatangan diluar dari pagi tadi. Cukup banyak teman dan keluarga yang diundang mereka untuk acara yang istimewa ini. Walaupun sudah ada yang memasak dan mengatur semuanya, tetap saja mereka berempat ikut membantu kelancaran acara spesial hari itu.
Setengah jam kemudian, tamu sudah berdatangan…dengan wajah ceria Ghis berdiri di depan para tamu, membuka acara yang dihadiri oleh kurang lebih dari 200 orang undangan.
“Di Awal Hari yang Istimewa ini, izinkan saya menyampaikan rasa Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT dan ucapan Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu Kafe ini menjadi besar dan dikenal banyak orang dari berbagai tempat. Tanpa cicipan dan kritik kalian pada menu-menu makanan yang tersaji disini…tidaklah mungkin Kafe ini menjadi besar dan terkenal. Terima kasih atas dukungan dan kesetiaan kalian semua,
Terima kasih saya ucapkan pada sahabat-sahabat saya yang mau mendukung ide saya untuk membantu Mpok Siti….membuka warung kecil hanya untuk berjualan gado-gado dan jus buah didepan Kampus Tercinta, walaupun modal yang kami dapatkan harus merelakan tabungan kami berempat dan menyisihkan uang saku kami setiap hari untuk menyewa tempat dan belanja.
Terima kasih pada jasa para sahabat, Mel…yang tak pernah letih memperkenalkan Kafe ini ke masyarakat luas, pada Rha….yang begitu banyak ide mempromosikan Kafe ini ke dunia maya, makasih atas pembuatan website Kafe Mpok Sitinya, pada Nie….yang sudah memberikan inspirasi untuk mendekorasi setiap detail ruangan Kafe ini menjadi Unik dan Spesial.
Terima kasih pada Keluarga tersayang yang telah mendukung semua jerih payah kami berempat…Terima kasih juga pada Mpok Siti yang mau bangkit dari kepahitan masa lalu dan berjuang membesarkan seorang putra sendirian tanpa suami yang kejam dan egois, dengan berjualan di depan Kampus kami ini. Bagi kami, kebaikan yang telah Mpok Siti berikan pada kami dulu….sering mengirimi kami makanan kecil di saat kami sedang belajar tengah malam untuk menempuh Ujian Semester adalah hal yang tak bisa kami lupakan, kami bahagia telah membantu Mpok Siti, dan berkat dukungan Mpok Siti pula kami bisa meraih gelar Sarjana dengan nilai yang tidak mengecewakan sibuk mengurus Kafe ini menjadi besar dan dikenal banyak orang…
Terima kasih sekali lagi untuk Mpok Siti yang pandai memasak sehingga menghasilkan makanan dengan rasa yang enak di lidah dan tak terlupakan rasanya, berkat Mpok Siti kami juga bisa menjual makanan bukan hanya gado-gado dan jus buah, semua makanan yang spesial bisa pembeli dapatkan disini.
Terima kasih juga untuk seluruh Staff Kafe Mpok Siti yang selama 2,5 tahun turut membesarkan Kafe ini dengan perjuangan yang besar dan kesetiaan yang dalam. Akhir kata….Selamat Menikmati hidangan hari ini sepuasnya…bawalah pulang untuk sanak keluarga di rumah agar mereka bisa membuktikan kepada semua orang nantinya tentang kelezatan makanan di Kafe ini…..” Ghis mengakhiri sambutannya dengan pembacaan doa. Dan di amini semua tamu yang hadir.
Ghis, Nie, Mel, Rha dan Mpok Siti sekarang tersenyum bahagia, sebuah kesuksesan telah diraih dengan perjuangan dan kemauan yang keras….semua impian yang dulu cuma dikepala kini tlah hadir di depan mata.
Ghis dan Rha sibuk menyiapkan hidangan untuk para tamu yang akan datang hari itu. Nie dan Mel sibuk mendekor ruangan yang akan dipakai untuk standing party. Rangkaian bunga ucapan selamat dari para relasi dan keluarga telah berdatangan diluar dari pagi tadi. Cukup banyak teman dan keluarga yang diundang mereka untuk acara yang istimewa ini. Walaupun sudah ada yang memasak dan mengatur semuanya, tetap saja mereka berempat ikut membantu kelancaran acara spesial hari itu.
Setengah jam kemudian, tamu sudah berdatangan…dengan wajah ceria Ghis berdiri di depan para tamu, membuka acara yang dihadiri oleh kurang lebih dari 200 orang undangan.
“Di Awal Hari yang Istimewa ini, izinkan saya menyampaikan rasa Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT dan ucapan Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu Kafe ini menjadi besar dan dikenal banyak orang dari berbagai tempat. Tanpa cicipan dan kritik kalian pada menu-menu makanan yang tersaji disini…tidaklah mungkin Kafe ini menjadi besar dan terkenal. Terima kasih atas dukungan dan kesetiaan kalian semua,
Terima kasih saya ucapkan pada sahabat-sahabat saya yang mau mendukung ide saya untuk membantu Mpok Siti….membuka warung kecil hanya untuk berjualan gado-gado dan jus buah didepan Kampus Tercinta, walaupun modal yang kami dapatkan harus merelakan tabungan kami berempat dan menyisihkan uang saku kami setiap hari untuk menyewa tempat dan belanja.
Terima kasih pada jasa para sahabat, Mel…yang tak pernah letih memperkenalkan Kafe ini ke masyarakat luas, pada Rha….yang begitu banyak ide mempromosikan Kafe ini ke dunia maya, makasih atas pembuatan website Kafe Mpok Sitinya, pada Nie….yang sudah memberikan inspirasi untuk mendekorasi setiap detail ruangan Kafe ini menjadi Unik dan Spesial.
Terima kasih pada Keluarga tersayang yang telah mendukung semua jerih payah kami berempat…Terima kasih juga pada Mpok Siti yang mau bangkit dari kepahitan masa lalu dan berjuang membesarkan seorang putra sendirian tanpa suami yang kejam dan egois, dengan berjualan di depan Kampus kami ini. Bagi kami, kebaikan yang telah Mpok Siti berikan pada kami dulu….sering mengirimi kami makanan kecil di saat kami sedang belajar tengah malam untuk menempuh Ujian Semester adalah hal yang tak bisa kami lupakan, kami bahagia telah membantu Mpok Siti, dan berkat dukungan Mpok Siti pula kami bisa meraih gelar Sarjana dengan nilai yang tidak mengecewakan sibuk mengurus Kafe ini menjadi besar dan dikenal banyak orang…
Terima kasih sekali lagi untuk Mpok Siti yang pandai memasak sehingga menghasilkan makanan dengan rasa yang enak di lidah dan tak terlupakan rasanya, berkat Mpok Siti kami juga bisa menjual makanan bukan hanya gado-gado dan jus buah, semua makanan yang spesial bisa pembeli dapatkan disini.
Terima kasih juga untuk seluruh Staff Kafe Mpok Siti yang selama 2,5 tahun turut membesarkan Kafe ini dengan perjuangan yang besar dan kesetiaan yang dalam. Akhir kata….Selamat Menikmati hidangan hari ini sepuasnya…bawalah pulang untuk sanak keluarga di rumah agar mereka bisa membuktikan kepada semua orang nantinya tentang kelezatan makanan di Kafe ini…..” Ghis mengakhiri sambutannya dengan pembacaan doa. Dan di amini semua tamu yang hadir.
Ghis, Nie, Mel, Rha dan Mpok Siti sekarang tersenyum bahagia, sebuah kesuksesan telah diraih dengan perjuangan dan kemauan yang keras….semua impian yang dulu cuma dikepala kini tlah hadir di depan mata.
Jakarta, 12 Desember 2009
at. 21.55 p.mCerpen Perdana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar