Selasa, 26 Januari 2010

Boss dan Tinta

Disini....Punya teman baru...Tina Hardjono, Lilly Apriyana, Tri Hartanto, Rudie, Yadie, Joni, Denny, Arif, Tedjo, Moel, Riswan, Roni, Iswan, Aa Tata, Pak Kisman....suasana baru...pekerjaan baru...semuanya indah...Eh...punya boss baru juga yang lucu...tiap hari gak pernah negur gw...gak menyapa gw...gak pernah marah sama gw, gak pernah tanya2 kerjaan apapun sama gw selama 3 minggu, beda banged sama boss gw yang dulu...
Yang lucunya...kalo Boss gw lagi ngomong sama teman gw, gw suka liad ini gerak bibirnya, gw gak mengerti apa yang dia bicarakan....sama sekali....!! tapi teman2 gw yang lain mengert banged !! gw sempet tanya kenapa Mr. Kim gak pnh bicara sama gw? apa gw ada salah yach sama dia? kata teman gw...emang dia begitu orangnya. Tapi sama semua teman2 gw, boss gw mw ngobrol bahkan main catur bareng saat break, jam 12 siang. Hufth...harus cari tw nech...!. Udah 3 minggu gw disini, slalu nyapa dia...kalo pagi, sore mau pulang..., dia cm tersenyum aza...gak ada suaranya. gak ramah banged koq sama gw...?? apa karena gw anak baru yach? begitulah kata teman gw.

Hari Senin, gw mau print semua data - data keuangan yang udah gw buat....eh tinta printer Laserjet P1006 HP habiz....Grrrrrr......gmn dunk? kapan selesai kerjaan gw? gw minta tolong sama Mba Tina untuk memesan Tinta. Yupz...dapat sambutan baik....!! lagi dipesan tapi besok datangnya. Ughhhh....tapi hari ini gw perlunya, mba....!!. 

Okay...cari jalan lain yach..., gw usulkan ISI ULANG aza di VENETA SYSTEM !! lumayan !! bisa menghemat cost. daripada beli original Rp. 640.000,- terus, skalee2 beli yang murah..kualitas 80 -90 % baguss !! hehehe...gw cari no. telpon VENETA via 108, trus dapat yg dekat sama kantor...Di Blok E No.18, Taman Palem hhihihi....mahal juga ternyata, 50 persen lebih murah dari harga original. Mba Tina Setuju!! cihuyyy...eh tau2 gw liad...ada catridge bekas ngejoprak di rak file, ada 6kardus !! Jafar, Officer VENETA gw ajak negosiasi dulu...., akhirnya catridge kosong laku Rp. 85.000,- / pcs, lumayan ada 5 yg dalam kondisi bagus. yang 1 lagi cm dihargai Rp. 35.000,- krn chip rusak. Its Ok lah bagi gw. Yang penting...gw bisa beli tinta hari ini, murah n gak keluar uang !!.
Huft...berhasil !! gw bisa dapat 1 tinta Refill dengan menukar 6 Catridge kosong eh ditambah uang dari VENETA Rp. 72.500,-. Sebelum Tinta diantarkan ke Kantor gw oleh Jafar, Mr. Kim masuk ke ruangan gw...kesempatan nech wat bicara n komunikasi sama dia!!

" Hmm...maav Boss.." gaya gw membuka pembicaraan
" Bolehkah saya ...mengisi ulang Tinta Printer ? jadi kita cukup membeli 1 kali original aza....dan bisa isi
ulang 2 kali, bisa menghemat cost kita, Boss...," dengan mimik yang agak takud...takud gak dijawab.
"o yach...boleh...boleh...asal kualitasnya bagus..." Mr. Kim berkata terbata-bata. maklum Bahasa Indonesianya belum lancar.
" Tapi..." gw menggantung kalimat .
" ya...? " Mr. Kim bertanya
" Bolehkah saya menjual catridge-catridge kosong disana? sambil menunjuk kardus-kardus di rak file.
" Untuk saya tukar dengan Refill Tinta yang saya butuhkan, Boss, 1 catridge seharga 85 ribu rupiah. Bolehkan Boss ?"
" ya..boleh..boleh..." Mr. Kim menatap wajah gw. sambil menganggukkan kepala. YESS....!! gw dah bisa membuat komunikasi dengan dia. ternyata gak sulit.
Selesai Reffil dipasang...Mba Tina Membelikan gw n Lily Roti tawar, anak2 lantai 1 juga hasil penjualan catridge bekas, sisanya dikasih ke Mr. Kim, hehehe...tertawa senang dech dia !! dapat Tinta, tanpa keluar uang dan dapat uang juga....! senangnya gw...kenyang...dan bisa komunikasi  sama Boss lucu nan aneh. hahahha...........


Jakarta, 27 Oktober 2009



Catatan Sang Karyawan 

Izinkan Aku Memilikimu......


Pusing banget seharian muter-muter Mal Taman Anggrek, hanya untuk mencari barang yang teristimewa. Seperti apa juga barang yang teristimewa, yang dimaksud Arya yach…? kenapa gak menyarankan yang simple, indah dan bermakna buat penerimanya. Itu juga udah lebih dari cukup kali.

Udah bisa hidup di zaman yang sulit ini dan bisa keluar dari segala masalah di dalamnya aja udah Istimewa. Apalagi harus mencari barang yang teristimewa? pasti lebih sulit dari Ujian CPNS ( Calon Pegawai Negeri Sipil ). Tapi, kalo Ujiannya lewat belakang dan dipastikan aman sih, pasti gak sulit. Hehehe…., itu sih namanya gak jujur. Bagaimana mau jadi pelayan masyarakat, kalo mentalnya udah gak berkualitas?. Betul gak sih. Yach…jawab aja sendiri dalam hati.

Balik ke benda lagi nih…..Apakah barang yang teristimewa itu bagi pemberinya juga akan menjadi sangat istimewa buat si penerimanya? Belum tentu khan? cuma Tuhan dan penerimanya yang tau. Trus, gimana kalau si penerimanya hanya menganggap benda itu biasa aja? Waduhhh….bisa timbul rasa kecewa dech buat yang memberinya.

Mendingan sih…kasih yang biasa aja, yang umum, yang penting bermanfaat. Namanya juga dikasih, apapun itu…pasti yang menerima udah bahagia. Dari pada gak ada yang ngasih. Hahaha….gak lah. Biar bagaimanapun juga, gue emang harus kasih yang terbaik buat orang itu, dengan 1 syarat yach harus ikhlas. Maksudnya, ikhlas aja kalau ternyata…si penerima kurang sreg sama pemberian kita. Yach namanya juga usaha. Begitulah dialog perdebatan yang terjadi di batin Ayyu saat ini.

“ Mau kemana lagi kita, Yu?” Shayuri membuyarkan lamunan Ayyu.

“ Loe dah cape yach, Sha?” Ayyu merapikan rambutnya dengan kedua tangannya.

“ Nih…pake punya gue.” Shayuri menyodorkan karet rambut berwarna biru.

Ayyu menerimanya. Lalu rambutnya dikuncir satu. Lebih rapi dan enak dilihat.

“ Gitu dong...cakep dech.” Shayuri mengacungkan jempol kanannya. Kebiasan lama Shayuri kalo di Facebook ( situs jaringan pertemanan, milik Mark Zuckerberg ), keseringan menyukai status, foto atau catatan orang lain. Tapi, baguslah…itu khan suatu bentuk tanda perhatian dan apresiasi pada orang lain. Walaupun Shayuri jarang memberi comment, kadang memberi comment sih…tapi seperlunya saja dan sepantasnya saja. Hahaha…itulah Shasha, tipikal sobat gue yang emang apa adanya. The Simple Woman. Begitu Ayyu menjulukinya.

“ Kita ke lantai 3 yuk, Sha? Masih kuat gak…?” Ayyu merayu.

“ Tenang…gue masih kuat. Lagi pula masih jam 5 khan?” Shasha menyanggupi permintaan Ayyu untuk menuju ke lantai 3.

Di lantai 3, Ayyu langsung memilih barang yang disukainya. Setelah meminta pendapat Shasha, Ayyu segera membayar semua barang belanjaannya. Huft…lega rasanya! Bisa memilih dan membeli barang istimewa dalam waktu singkat. Kenapa tadi 2 jam hanya untuk menemukan ketidakcocokan terus yach?. Mungkin karena sudah dikejar waktu dan telah melewati pertimbangan-pertimbangan rasional, makanya apapun yang dipilih menjadi cepat dan tepat. Biasanya orang lebih mudah ambil keputusan kalo dalam keadaan tenang dan kepala dingin. Kalo tadi khan kebanyakan pilihan, jadinya gak tenang dan kepala pun jadi panas.

Ayyu dan Shasha meninggalkan Departemen Store ternama itu, lalu turun ke lantai 1 dengan eskalator. Liftnya telah penuh. Apalagi kalo hari minggu kayak begini. Banyak pasangan muda-mudi dan keluarga yang main dan bersantai di Mal yang terbilang cukup besar di kawasan Jakarta Barat itu.

Dengan wajah yang sumringah, Ayyu dan Shasha pulang naik taxi menuju rumah.
Walaupun kaki terasa pegal dan mata udah lelah lihat barang-barang di mal, mereka berdua bahagia, bisa mendapatkan barang istimewa yang diinginkan Ayyu.

***************

“ Selamat Malam…Tante…! “ Arya memberikan salam ketika mama Ayyu membukakan pintu.

“ Malam…Arya..! gak masuk dulu?” Mama Ayyu memepersilakan Arya masuk.

“ Terima kasih, Tante…lain waktu aja…soalnya udah mau mulai acaranya.” Arya memberi penjelasan.

“ Tunggu sebentar yach..Tante panggil Ayyu dulu.” Mama Ayyu masuk ke dalam.

Lalu keluarlah Ayyu dari dalam dengan penampilan yang bikin Arya pangling dan tidak bisa bicara apa-apa. Ayyu dan Arya segera pamit sama Mama Ayyu meninggalkan rumah untuk menuju ke Kafe tempat temannya Arya menyelenggarakan acara.

Arya membukakan pintu untuk Ayyu. Ayyu duduk dengan manisnya sambil menenteng sebuah kado istimewa berwarna biru muda. Arya memperhatikan wajah Ayyu yang sangat manis malam itu. Dengan High Heels Putih, gaun berwarna putih, berleher oval, lengan pendek dan panjang gaun selutut kaki Ayyu, membungkus tubuh Ayyu dengan sempurna. Dengan riasan wajah yang sederhana dan tatanan rambut yang dibiarkan ikal dibawah, membuat penampilan Ayyu cantik dan anggun.

Mata Arya sesekali memandang wajah Ayyu. Ayyu cuma tersenyum kecil, melihat pujaan hatinya bertingkah aneh dan norak. Seperti baru lihat cewek cantik saja.

“ Cantik banged kamu malam ini…sayank.” Sambil menyetir, Arya membuka percakapan.

“ Makasih…tak ada uang kecil.” Ayyu menjawab sambil mencubit lengan Arya.

“ Kenapa gak dari dulu, aku pacarin kamu yach..?” Tangan kiri Arya mencubit pipi Ayyu gemas. Ayyu mengaduh kecil.

“ Kamunya aja yang penakut, banyakan mikir sih. Gak tau ada cewek manis kayak aku yang lagi menanti Pangeran Baik Hati, hahahha….” Ayyu tertawa kecil.

Arya kaget mendengar jawaban kekasihnya. Ternyata Ayyu udah terlihat sifat gokilnya. Udah gak pemalu lagi. Udah bisa menandingi Arya yang gokil dan romantis abis.

“ Kenapa kamu bisa suka sama aku juga, Sayank…?” Arya mencoba mencari tahu.
Maklum, mereka udah jadian 1 bulan. Tapi Arya belum tau kenapa Ayyu begitu cepat menyukainya.

“ Karena kamu mempunyai cinta yang besar untuk aku.” Ayyu mengedipkan sebelah matanya. Dan tertawa. Arya juga ikut tertawa. Ahh…Ayyu, gak ada jawaban lain apa yach. Pede banget cewek manis ini. Malah bikin Arya makin cinta.

“ Yakin banget aku mempunyai cinta yang besar untuk kamu, Sayank…?” Arya balik bertanya.

“ Yach..keliatan lah…tuch dari tatapan mata kamu, yang teramat dalam kalo lagi mandangin aku, hahhaha….ngaku dech….!” Ayyu tertawa lagi. Giliran Arya sekarang yang dibuat merah merona wajahnya oleh Ayyu.

Benar juga yang dikatakan Ayyu, dia tidak salah menilai. Arya memang sangat mencintai Ayyu. Apapun akan dilakukan Arya demi mendapatkan hati sang gadis manis itu.

Mereka sudah tiba di tempat yang dituju. Kafe Mpok Siti, di bilangan Jakarta Selatan. Tempatnya sangat strategis, didepan Kampus Tercinta, yang udah terkenal itu. Di tempat parkir, sudah banyak mobil, motor bahkan ada satu bis yang memarkir kendaraannya di sana. Dari sebuah Panti Asuhan Yatim Piatu. Begitu banyak anak-anak kecil berusia 7 s/d 12 tahun yang berlarian di tempat parkir untuk memasuki ruangan Kafe yang didesain Unik, namun tetap dengan gaya modern.

Arya memarkir mobilnya. Dan mengajak Ayyu masuk ke dalam Kafe. Di dalam Kafe sudah banyak tamu yang datang. Arya mengenalkan Ayyu pada Rha, sepupu Arya yang sedang berulang tahun hari itu. Rha, menerima ucapan selamat dari Arya dan Ayyu. Dan memberikan kado Ayyu pada Rha. Mudah-mudahan Rha suka dengan kado Ayyu, Tas cantik untuk kerja. Arya yang memberikan uangnya pada Ayyu dan menyuruh Ayyu membelikan barang apa saja, yang penting bagus dan bermanfaat buat Rha.

Acara dimulai. Sampai akhirnya pada acara bebas. Menyantap hidangan sepuasnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Arya dan Ayyu segera pamit pulang pada Rha, Ghis, Nie dan Mel, sahabat-sahabat Rha sekaligus pemilik Kafe tersebut. Mereka berempat mendirikan Kafe itu sejak masih duduk di bangku kuliah. Setelah lulus menjadi Sarjana. Mereka bersama-sama mengelola Kafe itu dengan perjuangan yang sangat gigih. Hingga menjadikan Kafe itu menjadi besar dan dikenal masyarakat dari segala penjuru.

Arya mengantarkan pulang Ayyu ke rumah dengan perasaan bahagia. Akhirnya bisa juga mengenalkan gadis pujaannya pada sepupunya itu. Hampir setiap pulang kerja Arya mampir ke Kafe itu, walau hanya untuk Free Wifi-an atau untuk bercerita kepada Rha, tentang cewek gebetannya, yaitu Ayyu. Rha menjadi penasaran dengan cerita Arya, makanya diundanglah Ayyu untuk datang ke acara ulang tahunnya Rha.

***************

“ Yu..gimana kemarin malam…? Seru donk…?” Dudul merapikan tumpukan kertas di mejanya.

“ Seru banget, Dul. Yang datang di acaranya Rha, bukan hanya teman-teman, keluarga dan relasi, bro. Tapi, anak-anak Yatim Piatu juga diundang. Salut gue sama Mereka berempat! Masih muda, jiwa sosialnya tinggi banget…pengen banget gue bisa ikutin jejak mereka, Dul. ” Sahut Ayyu.

“ Amien….,” Dudul mengambil tas kerjanya.

“ Kita hang out kemana sore ini, Dul? Erna, Shasha dan Rika udah nunggu di depan.” Ayyu menyangkilkan tasnya di bahu.

“ Loe mau ikut kita hang out? Gak jalan sama Arya?” Tanya Dudul gak yakin.

“ Jiahhh…masa jalan terus sama dia? Gue juga punya teman-teman, punya kehidupan, yang gak bisa dipisahkan karena gue pacaran sama dia, Dul” Ayyu berjalan mengikuti langkah Dudul memasuki lift menuju lantai basement. Tempat parkiran mobil.

“ Hmm…iyya juga sih. Tapi, kita lihat saja nanti.” Dudul menarik nafas panjang.

Erna, Shasha dan Rika sudah menanti di depan gedung. Dudul dan Ayyu langsung menyuruh mereka masuk ke dalam mobil. Berlima mereka menuju Pusat Perbelanjaan di daerah Senayan.

***************

“ Yu…ada kiriman bunga cantik lho buat kamu.” Dudul memberikan seikat bunga mawar putih untuk Ayyu. Ada kartu ucapan diikatkan di tangkainya. Berwarna putih juga.

Ayyu membuka kartu ucapannya dan membacakannya di depan Dudul.

“ Kekasihku yang manis…ciumlah harum bunga mawar ini dan rasakan wanginya sampai ke dalam jiwamu…dan ucapkanlah dalam hati bahwa kamu juga memiliki perasaan yang sama seperti aku, ingin makan siang bersama…karena aku Laperrr Sayank….!” Ayyu tertawa terbahak-bahak, dudul cuma nyengir. Emang sama gokilnya. Pantesan cocok. Begitu pikir Dudul.

“ Ikut yuk Dul…mau khan? makan siang bareng Arya.” Ayyu menarik kursi mendekat ke kursi Dudul.

“ Ya udahlah…loe makan aja berdua sana. Jangan dilewatkan kesempatan indah itu, Arya sayang banget sama loe. Jangan kecewakan dia…” Dudul berkata sambil menatap wajah Ayyu lekat. Entah kenapa, Dudul bersikap seperti itu. Belum pernah Ayyu ditatap seperti itu. Ayyu balik menatap wajah Dudul, sambil tersenyum.

“ Gak ada kata-kata yang loe lewatkan untuk gue, Dul…?” Ayyu menonjok bahu Dudul.

“ Apa sih, Yu..? gak adalah.” Dudul menonjok lembut bahu Ayyu.

“ Tatapan mata loe tadi maksudnya apa? Masih mau bohong yach sama gue?” Ayyu kali ini serius.

“ Ahhh…biasa aja seh.” Dudul tetap berkelit.

“ Loe sahabat gue…gue gak mau kehilangan loe, kalo gue lagi bahagia, loe harus ikut juga merasakan kebahagiaan gue. Makan bareng yach sama gue, please….,” Ayyu merayu manja.

Mata Dudul berkaca-kaca mendengar permintaan Ayyu. Sahabatnya yang sudah dikenal 1 tahun, melakukan aktifitas bersama-sama. Baik di kantor maupun di luar kantor.

Ayyu yang rajin membawakan kue-kue buatannya sendiri ke rumah dudul, kalo lagi kumpul bareng dengan Erna, Shasha, dan Rika. Ayyu yang selalu menemaninya memancing ikan di tempat pemancingan dekat rumah. Ayyu yang selalu mengajaknya pergi Hang Out kalo Dudul lagi suntuk. Ayyu yang selalu mau kasih ide gila untuk pekerjaan Graphisnya, bila sudah kehabisan ide. Ayyu yang selalu mendukung kariernya dan rajin mengingatkan Dudul akan peningkatan kreativitas dan pengembangan diri. Lalu sekarang, kebahagiaan itu akan terenggut paksa dari hidup Dudul. Bila waktunya tiba…maka Dudul akan benar-benar kehilangan Ayyu. Kehilangan sahabat, sekaligus seseorang yang dikaguminya diam-diam.

“ Lain waktu aja yach Yu…oke? Ya udahlah…siap-siap sana, Arya mungkin udah nunggu loe di kantin.” Dudul segera menghentikan pertarungan di batinnya.

***************

“ Sayank…kenapa wajah kamu muram…? Gak manis kalo begitu.” Arya mencubit pipi Ayyu.

“ Gak apa-apa koq…emang lagi males ngomong.” Ayyu menatap wajah Arya. Ayyu tak berhenti memikirkan sikap Dudul yang tak seperti biasanya siang ini. Seperti ada gurat-gurat kesedihan yang terpancar dari nada bicara Dudul tadi. Entah apa.

Arya tersenyum. Lalu mengusap kepala Ayyu dan ditariknya kepala Ayyu perlahan. Hingga menjadi dekat. Lalu Arya mencium kening Ayyu lembut. Ayyu cuma diam. Sama sekali tidak menikmati sentuhan kelembutan yang diberikan Arya siang ini.

“ Oh yach Sayank…pagi-pagi tadi, aku menyampaikan berita bahagia sama Dudul. Dia senang banget sama ide aku.” Arya memegang tangan Ayyu erat.

“ Berita apa…?” Ayyu tersenyum. Paling-paling Arya cuma mau becandain Ayyu lagi. Begitu pikiran Ayyu.

“ Melamar kamu.” Spontan Arya menjawab. Ayyu tersentak. Serasa tercekik tenggorokannya mendengar ucapan Arya. Baru pacaran 1 bulan, udah mau melamar. Udah gokil apa nih orang. Kenal lebih dalam sifat gue juga belum. Udah langsung mau melamar aja.

“ Haaaa….? Jangan becanda yach… Arya.” Ayyu mencubit pipi Arya keras sekali. Arya kesakitan. Tapi, Ayyu tidak mau melepaskan cubitannya.

“ Seriuslah Sayank…, Mama dan Papa udah aku kasih tau koq, mereka setuju. Lagipula kita terpaut 4 tahun khan usianya. Jadi yach cocoklah untuk segera menikah…., biar cepat punya banyak anak, karena masih muda, hahahha…...” Arya tertawa terbahak-bahak. Bahagia karena bisa membuat Ayyu bagai tersambar petir di siang hari. Kali ini dipegangnya tangan Ayyu, lalu dicium punggung telapak tangan gadis manis itu.

“ Aku Sayang sama kamu, dan ingin memiliki kamu…jadi isteri aku. Aku udah cocok sama kamu. Udah cukup aku mencari tau tentang kamu 1 tahun lamanya, sekarang udah saatnya aku menentukan pilihan hidup aku….” Arya begitu penuh kemantapan berbicara dengan Ayyu.

“ Besok aja jawabnya yach…kepala aku pening nih.” Ayyu bingung mau jawab apa. Berita bahagia itu tidak pernah diduganya. Apa Papa, Mama dan kakaknya Alisha setuju dengan rencana Arya ini? Entahlah. Lihat besok saja.

***************

Langit di luar sana sangat cerah. Secerah wajah Ayyu dan Arya yang sedang di landa kebahagiaan tiada terkira. Keluarga Ayyu dan Arya serta kedua orang tua mereka hadir di sana, di rumah Ayyu untuk melamar Ayyu menjadi Isteri Arya. Ayyu sendiri tidak pernah menduga akan secepat ini hubungan kasih asmaranya dengan Arya akan segera diresmikan oleh kedua orang tua Arya.

Semuanya terlalu cepat bagi Ayyu. Semuanya serba tiba-tiba. Semuanya penuh kejutan dengan Arya. Tapi itulah rezeki dari Tuhan. Yang kita tidak pernah tau dari arah mana datangnya. Kita hanya bisa mensyukuri apapun pemberian Tuhan, kita harus bisa ikhlas menerima apapun yang Tuhan berikan untuk kita. Bila memang Tuhan sudah menentukan jodoh yang baik untuk kita, maka kita harus menerimanya dengan rasa suka cita dan menjaganya sampai ajal memisahkan kita.

“ Bagaimana, Ayyu…? Mau khan menjadi isteri Arya 1 bulan ke depan…? Kita sudah menyiapkan semuanya. Ayyu dan keluarga tinggal menentukan Hari H nya saja, semua biaya Akad Nikah dan Resepsi akan kami berikan hari ini, bila pihak keluarga Ayyu menerima lamaran kami. Untuk Mas kawin dan hadiah pernikahan akan kami berikan 3 hari sebelum Hari H nya tiba…” Papa Arya angkat bicara. Dan semua keluarga Ayyu dan Arya yang hadir, mendengarkan dengan seksama bait demi bait kalimat Papa Arya.

“ Ya…Om…Ayyu siap untuk menjadi isteri Arya.” Dengan mantap Ayyu menjawab pertanyaan Papa Arya. Semua yang hadir di sana mengucapkan rasa syukur. Ahirnya mereka pulang tidak sia-sia, karena gadis manis pujaan hati anaknya mau menerima lamaran mereka.

Arya tersenyum bahagia. Cintanya telah bersambut. Gadis manis yang dikejarnya selama 1 tahun lalu, sebentar lagi akan menjadi miliknya yang sah. Terima Kasih Ya Tuhan….Engkaulah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


***************


Jakarta, 24 Desember 2009
at. 04.00 a.m






Coretan ke 3

Kafe Mpok Siti


Seperti biasa, Seperti pagi yang lalu. Tak ada yang berubah.

Ghis, Nie, Mel, dan Rha pergi ke Kampus Tercinta yang tidak jauh dari kostan mereka. Hanya berjarak 1 km berjalan kaki. Belum sampai 500 meter mereka berjalan, terdengar suara gaduh dari dalam rumah bercat biru muda berpagar bambu. Mereka menghentikan langkah kaki serempak.

”Brakkk……! Prangggg……! “ terdengar suara kursi dan suara piring dijatuhkan ke lantai mewarnai kegaduhan yang tidak jelas.

“Kenapa ya dengan Mpok Siti?” Rha bertanya sambil melongok kearah rumah Mpok Siti.

“Mana ku tau? “ Mel mengerutkan dahi. Ghis menggelengkan kepala.

“Cari tau yuk, ada apa sih dengan mereka? Tidak seperti biasanya.” Nie menarik tangan Ghis. Menyeret Ghis ke halaman rumah, Mel dan Rha mengikuti dari belakang. Baru saja kaki mereka melangkah, tiba-tiba seorang laki-laki berperawakan tinggi besar dan wajah penuh bewok muncul dari dalam rumah sambil menenteng tas ransel besar dan menatap wajah mereka berempat.

“Ada apa disini? Gak kuliah kalian semua??” Laki-laki itu bertanya sangat tidak ramah.

“Maaf Bang Jun…kami lewat disini tadi, lalu….,” Rha menggantung kalimatnya.

“Lalu kami mendengar suara gaduh dari dalam rumah.” Mel meneruskan kalimat Rha.

“Bukan urusan kalian! Mengerti kamu?? Pergi sana!” Bang Jum mengusir mereka berempat.
Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara tangis Mpok Siti dan seorang anak kecil, yang meraung-raung.

“Bolehkah kami tau apa yang sebenarnya terjadi didalam sana Bang?” Ghis dan Nie bertanya serempak.

“Gak Boleh!” Bang Jun menghardik dan mengusir mereka berempat untuk pergi dari rumahnya. Mereka berempat pun pergi dari rumah tersebut, karena memang tidak pantas untuk mencampuri urusan rumah tangga mereka dan tak lama kemudian Bang Jun pun ikut menyusul di belakang mereka.

Di Kampus, pikiran mereka tidak lepas pada Mpok Siti dan anaknya. Pukul 13.30 siang mereka telah mengakhiri mata kuliah secara bersamaan, walaupun Jurusan mereka berbeda-beda. Ghis, ambil jurusan Finance, Mel memilih Public Relation, Nie lebih suka Interior Desain, sedangkan Rha nyaman dengan Jurusan Multimedia. Mereka berempat berkumpul di Kantin Kampus Tercinta.
Mereka selalu bersama sejak bergabung 2 tahun lalu di Kampus Tercinta, pertemuan mereka pun sungguhlah tidak sengaja.

Seperti Mel yang bertemu dengan Nie, karena pernah meminjam uang empat ribu rupiah untuk membayar ongkos angkot. Kebetulan, Nie yang saat itu duduk di halte depan kampus, sedang menunggu jemputan kakaknya. Karena Mel tidak ada uang kecil, Nie meminjamkan uangnya.

Sampai 1 minggu Mel selalu menunggu Nie di halte itu untuk mengembalikan uang Nie, tapi Nie tidak pernah muncul. Mel mencari di kampus pun tidak pernah bertemu Nie. Rupanya, Nie tidak pernah lagi menunggu jemputan, karena sudah kost di dekat kampus.

Lain halnya dengan pertemuan Rha dan Ghis, karena Rha suka dance modern dari SMK, Rha sering tampil mewakili sekolahnya untuk ikut kompetisi Dance di Mal-mal Jakarta. Dan sekolah Rha, selalu menjadi langganan juara.

Sedangkan Ghis suka sekali dengan Dunia Jurnalistik, maka tak urung kegiatan kompetisi untuk pelajar di Jakarta, apapun itu sering diliput Ghis, sebagai pencari berita untuk Mading sekolahnya. Ghis sering berkeliaran di Mal di seluruh Jakarta, hingga dipertemukan dengan Rha, saat wawancara. Dan tidak diduga lagi, saat kegiatan Ospek berlangsung, ternyata Rha satu team dengan Ghis, jadilah mereka bersahabat sejak saat itu.

“Hmmm….gimana kalau kita ke rumah Mpok Siti sekarang?” tanya Mel membuka percakapan sambil menghabiskan soft drinknya.

“Gue takut lho…,” Rha menyeruput jus alpukatnya.

“Dasar penakut! “ Nie melemparkan tissue ke badan Rha, sambil meneguk tegukan terakhir es teh manisnya.

“Gue setuju banget ! oke…jalan yuk sekarang, abis ke rumah Mpok Siti, gue mau ngerjain tugas nih, bejibun. “Ghis bangun dari tempat duduknya, meraih tas dan mengalungkannya ke bahu. Mel, Nie dan Rha berkemas dan membayar pesanan mereka.

Setibanya di rumah Mpok Siti. Suasana hening dari luar rumah. Tidak ada sama sekali kehidupan di dalam rumah. Pagar rumah pun terkunci rapat. Jendela rumah tertutup tidak seperti biasanya. Gorden jendela ruang tamu pun tidak terbuka seperti hari-hari lalu. Mel memberanikan diri pertama kali untuk mengucap salam. Tak ada sahutan dari dalam rumah. Hening. Lalu Nie, mengulang salam kembali sambil memanggil nama Mpok Siti berulang-ulang. Tak ada sahutan juga. Kali ini Ghis, mengucap salam ketiga. Tetap tak ada jawaban dari dalam rumah.

Mereka berempat berfikir sejenak. Diam tanpa kata. Tak ada satu orang pun di luar rumah saat itu, tetangga mereka pun tak ada. Memang biasanya jam segitu Ibu-ibu lebih suka di dalam rumah, tidur siang atau mengerjakan tugas rumah tangga. Hanya anak-anak kecil yang berkeliaran di siang yang
terik itu. Bermain sepeda atau main petak umpet.

“Lihat itu…” Rha menunjuk ke halaman rumah Mpok Siti.

“Apa sih, Rha? Gue gak liat apa-apa dech.” Mel menyahut

“Sendal Mpok Siti ! “ Rha masih menunjuk kearah sandal jepit warna hijau yang sering dipakai Mpok Siti.

“Ya Tuhan….Mpok Siti didalam!” Ghis berteriak kencang.

“Ayo kita kedalam saja, gue gak sabar nih…kenapa Mpok Siti gak mendengar salam kita!” Nie membuka pintu pagar rumah Mpok Siti.

“Gak sopan dech kalau kita seperti itu,” Rha menghadang langkah Nie.

“Terserah loe mau ngomong apa, gak mikir apa kalau terjadi sesuatu didalam sana sama dia? Dia kan tetangga kita.” Nie menerobos masuk halaman.

“Kita ketuk pintunya dulu dan beri salam, bila tidak ada sahutan juga, kita baru masuk. Gimana ?” Ghis mengajukan opsi.

Mereka bertiga mengangguk.

Mel dan Nie, mengetuk pintu berkali-kali. Tidak ada sahutan juga dari dalam. Ghis, memegang handel pintu dan menariknya ke bawah. Ternyata, pintu TIDAK TERKUNCI ! Mereka berempat kaget.
Mel dan Nie mendorong pintu perlahan, terbukalah pintu rumah Mpok Siti. Keadaan rumah Mpok Siti kacau balau. Di lantai berhamburan barang-barang pecah belah, pigura yang pecah, kursi makan yang retak, kaca meja tengah ruang tamu yang pecah dan frame pernikahan Mpok Siti dan Bang Jun, yang telah hancur terbelah dua. Ghis, Nie, Mel dan Rha hanya bisa terpaku memandangi keadaan rumah yang berantakan itu. Mel berlari ke ruang tengah, tidak ditemukan Mpok siti disana. Nie berjalan ke dapur, tidak ada Mpok Siti. Ghis dan Rha melangkah menuju ke kamar Mpok Siti. Nie dan Mel mengekor di belakang.

"Mpok Siti….” Rha memanggil pelan sambil mengetuk pintu kamar.
Karena tidak ada sahutan, mereka berempat mendorong pintu secara serempak.

“Astaghfirullah……!” Ghis berteriak, diikuti teriakan ketiga sahabatnya.
Apa yang mereka lihat sungguh diluar dugaan. Mpok Siti terlentang dilantai dengan MULUT DIPENUHI BUSA. Ada kaleng Obat Pembasmi nyamuk bersandar disamping Mpok Siti, beserta gelas mug besar. Entah apa yang telah meracuni pikiran Mpok Siti, sampai dia begitu NEKAD mau menghabisi nyawanya sendiri sebelum Tuhan mengutus Malaikat Izrail untuk menyudahi waktu Mpok Siti di dunia yang fana ini.

Mereka berempat memeluk Mpok Siti. Nie dan Rha, meneteskan airmata. Ghis segera berlari keluar untuk menemui Pak RT. Mel langsung menghubungi ambulan sebuah Rumah Sakit terdekat. Mpok Siti baru saja menenggak hampir 1 kaleng Racun Serangga.

Pak RT sudah tiba beserta warga yang lain di tempat kejadian. Mereka membawa Mpok Siti keluar dari kamar. Ambulan sudah siap di depan rumah. Mpok Siti diangkut ke Rumah Sakit terdekat tidak jauh dari kampus. Ghis, Nie, Rha dan Mel pun ikut bersama warga lain ke Rumah Sakit.

**********

Dua Setengah Tahun kemudian…..

Ghis dan Rha sibuk menyiapkan hidangan untuk para tamu yang akan datang hari itu. Nie dan Mel sibuk mendekor ruangan yang akan dipakai untuk standing party. Rangkaian bunga ucapan selamat dari para relasi dan keluarga telah berdatangan diluar dari pagi tadi. Cukup banyak teman dan keluarga yang diundang mereka untuk acara yang istimewa ini. Walaupun sudah ada yang memasak dan mengatur semuanya, tetap saja mereka berempat ikut membantu kelancaran acara spesial hari itu.
Setengah jam kemudian, tamu sudah berdatangan…dengan wajah ceria Ghis berdiri di depan para tamu, membuka acara yang dihadiri oleh kurang lebih dari 200 orang undangan.

“Di Awal Hari yang Istimewa ini, izinkan saya menyampaikan rasa Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT dan ucapan Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu Kafe ini menjadi besar dan dikenal banyak orang dari berbagai tempat. Tanpa cicipan dan kritik kalian pada menu-menu makanan yang tersaji disini…tidaklah mungkin Kafe ini menjadi besar dan terkenal. Terima kasih atas dukungan dan kesetiaan kalian semua,

Terima kasih saya ucapkan pada sahabat-sahabat saya yang mau mendukung ide saya untuk membantu Mpok Siti….membuka warung kecil hanya untuk berjualan gado-gado dan jus buah didepan Kampus Tercinta, walaupun modal yang kami dapatkan harus merelakan tabungan kami berempat dan menyisihkan uang saku kami setiap hari untuk menyewa tempat dan belanja.

Terima kasih pada jasa para sahabat, Mel…yang tak pernah letih memperkenalkan Kafe ini ke masyarakat luas, pada Rha….yang begitu banyak ide mempromosikan Kafe ini ke dunia maya, makasih atas pembuatan website Kafe Mpok Sitinya, pada Nie….yang sudah memberikan inspirasi untuk mendekorasi setiap detail ruangan Kafe ini menjadi Unik dan Spesial.

Terima kasih pada Keluarga tersayang yang telah mendukung semua jerih payah kami berempat…Terima kasih juga pada Mpok Siti yang mau bangkit dari kepahitan masa lalu dan berjuang membesarkan seorang putra sendirian tanpa suami yang kejam dan egois, dengan berjualan di depan Kampus kami ini. Bagi kami, kebaikan yang telah Mpok Siti berikan pada kami dulu….sering mengirimi kami makanan kecil di saat kami sedang belajar tengah malam untuk menempuh Ujian Semester adalah hal yang tak bisa kami lupakan, kami bahagia telah membantu Mpok Siti, dan berkat dukungan Mpok Siti pula kami bisa meraih gelar Sarjana dengan nilai yang tidak mengecewakan sibuk mengurus Kafe ini menjadi besar dan dikenal banyak orang…

Terima kasih sekali lagi untuk Mpok Siti yang pandai memasak sehingga menghasilkan makanan dengan rasa yang enak di lidah dan tak terlupakan rasanya, berkat Mpok Siti kami juga bisa menjual makanan bukan hanya gado-gado dan jus buah, semua makanan yang spesial bisa pembeli dapatkan disini.

Terima kasih juga untuk seluruh Staff Kafe Mpok Siti yang selama 2,5 tahun turut membesarkan Kafe ini dengan perjuangan yang besar dan kesetiaan yang dalam. Akhir kata….Selamat Menikmati hidangan hari ini sepuasnya…bawalah pulang untuk sanak keluarga di rumah agar mereka bisa membuktikan kepada semua orang nantinya tentang kelezatan makanan di Kafe ini…..” Ghis mengakhiri sambutannya dengan pembacaan doa. Dan di amini semua tamu yang hadir.

Ghis, Nie, Mel, Rha dan Mpok Siti sekarang tersenyum bahagia, sebuah kesuksesan telah diraih dengan perjuangan dan kemauan yang keras….semua impian yang dulu cuma dikepala kini tlah hadir di depan mata.


Jakarta, 12 Desember 2009
at. 21.55 p.m



Cerpen Perdana

Bolehkah Aku Mencintaimu....?


Selesai mandi dan berpakaian rapi, Ayyu duduk di kursi makan. Melahap setangkap roti dan segelas susu coklat yang sudah disediakan mamanya dari pagi tadi. Mama Ayyu sudah berangkat ke pasar jam segitu. Papanya dan Alisha, kakaknya juga sudah berangkat duluan ke kantor. Tinggal Ayyu yang berangkat ke kantor naik bis kota. Karena percuma bareng Papa dan kakaknya, Ayyu tetap harus naik bis kota juga. Karena rute kantor Ayyu tidak searah dengan rute Papanya.

Di bis kota, penumpang begitu padat. Banyak penumpang yang berdiri sampai tak ada celah untuk menjejakkan kaki. Panas dan bikin keringatan. Maklum, bis kota non AC. Ayyu sesekali menghapus butiran keringat yang berjatuhan di keningnya. Entah kenapa, tiba-tiba supir bis berhenti mendadak tanpa SMS terlebih dahulu. Penumpang satu bis berteriak dan mengeluh. Bertanya pada kondektur bis, apa apa dengan bis kota ini. Sang kondektur memberi penjelasan bahwa bisnya mogok. Maklum, bis kota keluaran tahun jebot dan kurang terawat, padahal milik pemerintah. Akhirnya para penumpang terpaksa turun dari bis dengan 1000 keluh kesah, termasuk Ayyu.

Udah hari ini hari senin, ada meeting pagi sama bos, klien dan staff kantor, eh ada acara mogok lagi. Ayyu mengumpat dalam hati. Ya sudahlah….syukuri saja kejadian pagi ini, begitu Ayyu membatin. Ayyu berjalan kaki menuju halte bis kota, karena untuk mencapai kantornya, Ayyu harus naik bis kota lagi dan menempuh setengah jam perjalanan bis.

Arloji di tangan kanan Ayyu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ketika hendak mencapai halte bis, Ayyu dikagetkan oleh suara seseorang dari belakangnya.

“ Maaf, Mba….,”

Ayyu menoleh. Seorang laki-laki muda sudah berdiri di hadapannya. Tinggi dan berbadan tegap. Pakaiannya rapi, dan berdasi. Laki-laki itu tersenyum manis. Ditambah wajahnya yang memang sudah manis. Dan Tatapan matanya tenang. Ayyu menatap laki-laki itu penuh curiga. Ada apa sih nih orang, koq senyum-senyum?. Aneh. Jangan-jangan mau nipu gue lagi. Pikir Ayyu.

“ Ada apa yach, Mas…?” tanya Ayyu bingung.

“ Bolehkah saya meminta pertolongan, Mba ?” laki-laki itu mengulurkan tangannya.

Ayyu menyambut tangan laki-laki itu dan berjabat tangan.

" Ya udah…ngomong aja mas, kelamaan tau pake basa-basi gitu..” Ayyu melepaskan tangan laki-laki itu. Sambil menjaga jarak berdiri. Takut dihipnotis. Seperti cerita teman-teman kantornya yang pernah Ayyu dengar.

“ Mobil saya mogok, bisa bantuin saya untuk dorong mobil, Mba ?”

“ Apaaaa….? “ Ayyu berteriak. Gila juga nih orang, masa perempuan kayak gue disuruh bantuin dorong mobil. Pake rok sepan lagi. Duhh…gak kasian banget sih dia.

" Maaf Mas…emangnya gak ada orang lagi yang bisa mas mintain tolong? tuh…lihat disana banyak laki-laki yang bisa bantuin mas….” Ayyu menunjuk pada kerumunan orang yang berdiri di halte bis. Tidak jauh dari Ayyu berdiri. Laki-laki muda itu malah tersenyum melihat sikap Ayyu.

“ Saya tidak bawa uang kecil hari ini, mba….cuma bawa kartu ATM saja, tidak mungkin khan kalau saya tidak memberikan upah sebagai ucapan terima kasih pada mereka.” Laki-laki itu menjelaskan dengan penuh keyakinan, berharap Ayyu mau membantunya dengan tulus.

“ Ohhh….gitu yach, oke….saya bantuin dech.”

Mendengar laki-laki itu berceloteh, Ayyu jadi kasihan. Gak ada uang kecil atau pelit sih nih orang?. Sungguh….terlalu! Begitu Bang Haji Rhoma pernah bilang.

Ayyu berjalan di belakang, mengikuti laki-laki itu menghampiri mobilnya. Di dalam mobil, di kursi depan, duduk seorang laki-laki paruh baya. Berpakaian setelan jas hitam dan berdasi. Hmm…mirip bos gue penampilannya. Bisik Ayyu dalam hati.

Laki-laki muda itu memperkenalkan Ayyu dengan atasannya. Dan akhirnya Ayyu dengan atasan laki-laki muda itu mendorong mobil sambil berdoa, agar mobil mereka segera hidup. Laki-laki muda itu memegang kemudi dan menyalakan starter mobil.

Setelah berjuang beberapa menit, mobil mereka pun hidup kembali. Laki-laki muda dan atasannya itu pun mengucapkan terima kasih pada Ayyu dan menawarkan jasa untuk mengantar Ayyu sampai ke kantor. Tapi, Ayyu tidak mau. Lebih baik naik bis kota. Biarlah terlambat sedikit ke kantor, dari pada harus ikut orang yang baru saja ia kenal. Dan tau-tau esok pagi wajahnya udah terpampang di Harian Ibukota dengan keadaan yang mengenaskan. Hiii….amit-amit dech. Ujar Ayyu dalam hati.

Pukul 08.00 pagi meeting perusahaan telah dimulai. Telah berkumpul Pimpinan Perusahaan, Sekretaris, Team Marketing, Team Desain Graphis, Akunting dan Staf pengiriman.

Klien yang ditunggu belum datang juga. Sebelum klien datang, Pimpinan Perusahaan tempat Ayyu bekerja menjelaskan terlebih dahulu garis besar proyek yang akan mereka kerjakan bersama klien yang sedang ditunggu-tunggu itu.

Pintu ruang meeting diketuk dari luar. Ayyu bangkit dan membukakan pintu. Ketika pintu terkuak, Ayyu terbelalak kaget. Begitu juga dengan 2 orang tamu di hadapannya. Namun, Ayyu tetap memberikan senyum terbaiknya pagi itu untuk mereka. Dan mempersilakan mereka berdua memasuki ruangan meeting.

Acara meeting berjalan lancar dan mulus selama 2 jam. Dan menghasilkan Penanda tanganan Kontrak Kerja antara kedua belah pihak. Proyek besar yang akan menghasilkan keuntungan dengan angka yang sangat fantastis ini menciptakan senyum yang sangat merekah bagi kedua belah pihak.

**********

“ Mau pulang jam berapa, Yu?” Dudul menghampiri meja kerja Ayyu yang bersebelahan, karena disekat partisi setengah badan.

“ On time, bro…!” Ayyu menjawab sambil menon aktifkan PC nya.

“ Caelah…tumben Non…biasanya lembur kalau hari senin.” Dudul tertawa.

“ Mau kemana sih? gue gak diajak nih….? nonton sama Shayuri? makan sama Erna? atau belanja baju sama Yurika ? ikut yach, Yu?” Dudul menggoda. Emang Dudul, sobat Ayyu yang gokil. Kemana pun Ayyu pergi selalu mau ikut. Maklumlah, Dudul juga masih jomblo seperti Ayyu. Seneng cuci mata bareng di mal selepas jam kerja berakhir.

“ Gue gak kemana-mana, Dul. Mau pulang ke rumah. Istirahat…cape banget hari ini.”

“ Kalo gitu, gue anterin yach…?” Dudul menawarkan bantuan.

“ Dengan senang hati, baik banget loe, Dul! sampe depan rumah yach…?” Pinta Ayyu manja.

“ Okkelah kallau beggittu….” Sahut Dudul dengan logat jawa medok, menirukan gaya Grup Band Warteg Boys.

Ayyu tertawa terbahak-bahak. Mereka berdua pun meninggalkan ruangan kantor dan menuju lantai dasar gedung perkantoran dengan melalui lift.

Pintu lift lantai 20 terbuka. Di dalam lift sudah berdiri 2 orang perempuan, dan 1 orang pria. Ayyu dan Dudul memasuki lift dengan masih tertawa-tawa kecil. Obrolan apa aja yang mereka percakapkan setiap hari pastinya bisa membuat mereka tertawa-tawa. Mereka udah mirip Beny And Mice, kartunis Indonesia yang lucu abis.

Saking serunya mereka berdua bercakap-cakap, pria yang berdiri dibelakang Ayyu menegur Ayyu.

“ Kelihatannya lagi seneng banget sore ini, Mbak Ayyu….”

Upss….! Ayu menengok ke belakang. Tatapan matanya lekat ke pria itu.

“ Eh…Mas Arya…aku kira siapa, maaf Mas Arya….aku gak lihat Mas tadi……” Ayyu jadi tersipu malu ditegur pria itu. Karena Pria itu adalah klien perusahaan yang tadi pagi meeting bersamanya. Dan pria itu juga yang meminta pertolongan Ayyu tadi pagi karena mobilnya mogok. Yach…ketauan gokilnya dech gue, padahal waktu meeting tadi gue udah jaim abis di depan dia. Kata Ayyu dalam hati.

Pria yang di panggil Arya hanya tersenyum. Senyumnya manis banget. Kelihatan kharismanya yang simpatik. Ayyu jadi salah tingkah dikasih senyum oleh Arya. Mudah-mudahan aja Dudul enggak respon dengan perubahan sikap gue ini. Bisa di ledekin abis entar di mobilnya Dudul. Begitu pikir Ayyu.

“ Kalau Mbak Ayyu enggak keberatan…, saya mau mengantarkan Mba pulang, sebagai balasan ucapan terima kasih saya tadi pagi.” Arya menawarkan jasa.

“ Owh…makasih banyak Mas.., saya bareng temen saya. kenalin..namanya Dudul.”
Dudul mengulurkan tangan dan Arya menjabatnya. Dudul, emang enggak kenal Arya. Karena seharusnya ia tadi ikut meeting. Cuma Dudul ada urusan check up kesehatan ke dokter dulu pagi tadi.

“ Cie…udah kenal yach kalian berdua? Sebelum meeting dimulai? Dimana Yu...koq tak cerita sih?” Dudul menyikut lengan Ayyu. Ayyu cuma senyum-senyum.

“ Mobil saya mogok tadi pagi DuL, kebetulan Bos saya juga mobilnya lagi di bengkel. Jadi ke kantor hari ini pakai mobil saya. Eh…ketemu Mba Cantik dan Penolong ini…” Ucapan Arya membuat Ayyu jadi terbang di ruangan lift. Kenapa juga cowok ini begitu hiperbola sih? Umpat Ayyu. Gak lucu banget bikin gue jadi enggak enak hati, disanjung seperti itu.

“ Jadi Ayyu bantuin kamu dorong, Ya…?” Dudul tertawa.

“ Yach…begitulah, Dul.” Arya tertawa juga. Ayyu cuma melipat bibirnya, menahan tawa. Emang gokil nih cowok berdua. Seneng amat denger cewek dorong mobil. Jadi bahan leluconan lagi. Ayyu menggerutu.

Untungnya Pintu lift sudah terbuka lebar. Tibalah mereka di lantai dasar. Dudul menyarankan Ayyu untuk ikut Arya. Karena Dudul tau banget, cowok ini lagi naksir sobat manisnya. Alangkah bahagianya hati Dudul bila Ayyu bisa membuka hatinya untuk Arya. Sejak berakhirnya kisah asmara Ayyu dan Pranata 1 tahun lalu, Ayyu menutup pintu hatinya rapat-rapat untuk semua cowok yang mendekatinya. Pranata pergi meninggalkan Ayyu karena berselingkuh.

Ayyu tetap pada pilihan pertamanya, pulang bareng dengan Dudul. Lagi pula masih ada hari esok koq untuk kenal dengan Arya lebih dekat. Begitulah penjelasan Ayyu pada Arya. Mereka pun berpisah untuk bertemu kembali esok pagi.

**********

Ayyu begitu sibuk hari ini. Semua deadline pekerjaan telah diserahkan ke Manager Keuangannya. Siap untuk diperiksa dan dikoreksi bila ada kesalahan. Pesawat telepon di meja Ayyu berdering terus dari pagi. Banyak klien kantor yang mau membayar hutang-hutang jatuh tempo yang sudah di follow-up Ayyu sejak 1 minggu lalu. Kerja keras yang membuahkan hasil. Gak sia-sia Ayyu setiap hari mulutnya sampai berbusa hanya untuk meneriakkan dua kata, BAYAR DONG....!.

“ Yu.…line 1 buat kamu yach,,” Suara Alin, Customer Service.

“ Yupz…makasih, Lin.” Jawab Ayyu. Tanpa bertanya telepon dari siapa.

“ Hai Yu…,” suara seorang cowok menyapa dari seberang sana.

“ Ya betul…siapa nih?” Tanya Ayyu tanpa menaruh curiga.

“ Arya Kusuma.” cowok itu menjawab lembut.
Ayyu tersentak kaget. Lalu diam sesaat. Gak menyangka kalau Arya akan menghubungi ia siang ini.

“ Yu….aku udah di depan kantor kamu nih…kamu ke depan yach,” Arya menutup teleponnya tiba-tiba tanpa permisi.

Ayyu masih bingung dengan telepon Arya. Apa maksudnya sih, nelepon tapi cuma ngomong aku udah didepan kantor. Norak banget. Kalau mau ke kantor yach datang aja langsung, wong satu gedung. Pake pemberitahuan segala. Dia kan Desain Grafis? Apa hubungannya sama gue yang orang akunting?. Kalau mau bahas soal proyek yach sama Dudul kali tepatnya.

Dalam kebingungan, Ayyu segera menemui Arya di depan kantor. Arya tersenyum melihat Ayyu yang masih kaget dan gugup. Alin mempersilakan Arya duduk, tapi Arya tetap mau berdiri.

“ Makan siang bareng yuk…?” Ajak Arya dan terus memandangi wajah Ayyu yang memang ayu dengan rambut hitam panjangnya yang terurai melebihi bahu.

Ayyu jadi salah tingkah. Kenapa sih cowok ini selalu kasih surprise buat gue? Kenapa sih gue gak bisa menghindari tatapan matanya yang tenang itu? tanya Ayyu dalam hati.

“ Belum jam makan siang, Arya.” Ayyu berkelit. Malu banget rasanya dikasih kejutan didepan Alin dan Pak Tejo, Security kantor.

“ Hahaha… jam tangan kamu rusak yach, Yu..?” Arya menggoda sambil meraih tangan kanan Ayyu. Ayyu cuma diam saja. Gak bisa berbuat apa-apa. Ia udah malu dan gak bisa menutupi wajahnya yang merah merona karena diperlakukan Arya seperti itu.

“ Udah jam 12 lewat 10 menit koq, Mbak Ayyu.” Pak Tejo jadi ikutan dech, menambah daftar salah tingkah Ayyu. Ayyu cuma tersenyum malu melihat jarum jam arloji di tangannya. Arya dan Pak Tejo gak salah. Gue lah yang lupa kalo udah waktunya jam makan siang. Saking keenakan kerja.

“ Gimana, Yu..?” Arya bertanya lagi pada Ayyu. Tatapan matanya seolah memohon agar Ayyu mengabulkan tawaran baiknya. Tetap masih memegang lengan Ayyu erat.

“ Baiklah…, tapi tolong lepaskan tangan aku, please…” Akhirnya Ayyu menyanggupi penawaran Arya. Arya melepas lengan Ayyu dan mereka berjalan menuju lantai 15 melalui lift.

Di dalam lift, hanya Arya dan Ayyu. Tak ada kata yang terucap dari bibir mereka berdua. Ayyu hanya diam kayak patung batu. Matanya terus menatap tombol-tombol lift yang terus menyala bergantian. Rasanya tidak sabar untuk segera tiba di Food Court gedung ini. Agar kebisuan dan suasana dingin dan kaku beku kayak di Lautan Antartika ini segera berakhir. Sedangkan Arya tidak berkedip sedikitpun menatap Ayyu dari arah samping, dengan berdiri di pojok lift. Dan dengan posisi kedua tangan melipat di dada. Seperti mendapat durian runtuh, suasana hati Arya saat itu. Bisa mengajak Ayyu ke kantin Gedung Perkantoran, walaupun dengan cara yang cukup membuat shock gadis ayu itu.

Mereka telah berada di lantai 15, di Food Court ENAK GILA. Sangat mengejutkan sekali suasana siang ini di kantin kantor. Semua orang udah pada duduk rapi di kursinya masing-masing. Semuanya menatap ke Ayyu dan Arya. Tak ditemukan kursi yang kosong disana. Semuanya terisi penuh. Dan yang aneh lagi, ada live musicnya. Biasanya juga gak ada. Ada penyanyi wanita dan laki-laki pemain keyboard sedang menyenandungkan lagu “ Karena Ku Cinta Kau “ milik Bunga Citra Lestari.

“ Selamat datang…Ayyu dan Arya!” Tiba-tiba Shayuri menyapa dengan gaya centilnya membawa kotak berwarna putih.

Ayyu terperanjat melihat teman baiknya, Shayuri ada di kantin ini. Padahal tadi masih sibuk dengan urusan loby-meloby klien via telepon, sebelum Ayyu keluar menemui Arya.

“ Hai….Ayyu….Hai Arya….!” Sekarang Erna, Yurika, Alin dan Dudul menyapa serempak mereka berdua. Entah mereka datang dari mana. Tau-tau sudah muncul di depan Ayyu.

Arya cuma tersenyum bahagia. Kejutan demi kejutan dipersembahkannya untuk Ayyu dengan sempurna tanpa memberi kesempatan Ayyu untuk melontarkan pertanyaan kepadanya.

Arya meraih tangan Ayyu dan membawa Ayyu ke depan. Ayyu hanya menurut saja seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Tidak berontak atau marah, Arya menggenggam tangan Ayyu erat. Ayyu diberi tempat duduk di depan di dekat panggung. Kursi yang sudah disiapkan dengan manisnya oleh sahabat-sahabat Ayyu dan Arya.

Arya naik ke atas panggung dan mengambil mikrofon.

“ Makasih atas kehadiran seorang gadis manis bernama Ayyu disini…” Arya menghentikan ucapannya, karena tepuk tangan riuh dari teman-temannya yang memenuhi 40 buah kursi di Food Court ENAK GILA itu.

“ Mohon maaf kepada Ayyu yang telah aku jemput tiba-tiba, hanya untuk hadir di tempat ini dan merayakannya bersama aku dan teman-teman. Ketahuilah Ayyu…bahwa aku sudah lama mengagumi kamu..., sejak 1 tahun lalu, sejak kamu sering makan di Food Court ini bersama teman-teman terbaikmu. Aku tak punya keberanian untuk mendekati kamu, karena melihat sikap kamu yang terlalu cuek. Aku tak pandai berkomunikasi dengan wanita sepertimu. Aku takut tertolak oleh kamu. Kejadian kemarin pagi pun, ketika mobil ku mogok, itu skenario dari teman-teman terbaikmu. Agar aku bisa mengenalmu secara tidak disengaja. Dan sengaja pula aku mengikutimu dari rumah, sampai akhirnya ku lihat bis yang kamu naiki mogok. Aku menemani bos ku meeting pun, sebenarnya hanya menggantikan posisi teman aku yang kebetulan tidak masuk. Aku senang sekali, bisa lihat kamu hari itu lebih lama. Pertemuan kita di lift pun…sudah diatur teman-teman terbaikmu dengan rapi.” Arya turun ke bawah dan membawa Ayyu yang masih terbengong-bengong, naik ke atas panggung.

Teman-teman Arya dan Ayyu bertepuk tangan sangat riuh dan menyanyikan lagu “ Happy Birthday” secara bersama-sama. Arya membuka kotak putih yang tergeletak di dekat mikrofon.

Ternyata, Black Corest Cake dengan 27 lilin kecil berwarna-warni menghias diatasnya. Arya meniup bersih lilin-lilin itu tanpa tersisa. Tepuk tangan riuh kembali menggema di ruangan itu. Dan Arya meminta kepada Ayyu yang dari tadi tersenyum-senyum, membacakan kata-kata yang tertera di Black Forest Cakenya. Bahwa itulah ungkapan hatinya yang terpendam untuk Ayyu selama 1 tahun.

Dengan suara gemetar Ayyu membacakannya untuk Arya….Bolehkah....Aku.....Mencintaimu....?. Suara riuh kembali lagi melengkapi kebahagiaan Arya dan Ayyu hari itu.

Ayyu diam sesaat…dan mengambil mikrofon yang dipegang Arya. Semua yang hadir terdiam. Menanti jawaban mendebarkan dari Ayyu yang sudah menutup pintu hatinya rapat-rapat untuk pria manapun.

“ Gak ada salahnya…bila…aku membuka…hatiku…untukmu, Arya..” Terbata-bata Ayyu mengungkapkan isi hatinya pada Arya dan pada semua yang hadir di ruangan itu.

Semua yang hadir disana langsung berdiri dan memberi tepukan tangan yang sangat meriah. Siulan dan teriakan-teriakan heboh dari para tamu yang hadir mewarnai kebahagiaan Arya dan Ayyu. Tanpa merasa malu dan takut lagi, Arya langsung memeluk erat tubuh Ayyu.

Dan sebuah lagu romantis pun berkumandang syahdu mengawali Kisah Cinta mereka berdua.

**********

Jakarta, 19 Desember 2009
at. 02.30 a.m



Coretan keduaku.

Fans