Sabtu, 22 Mei 2010

Ar - Rahmaan.....Ar - Rahiim.....


Tidak perlu meminta,
Dia pasti memberi,

Tidak usah mengeluh,
Dia pasti sudah mendengar keluhan,

Tidak perlu meratap-ratap diberi kemudahan,
Dia pasti bermurah hati menghadirkan itu,

Tak usah memohon untuk disayang dan dicintai,
Dia pasti tlah melakukan itu stiap saat.

Pantaskah kita hanya menerima uluran dan pemberian dari Dia tanpa mengucapkan sedikit rasa terima kasih walaupun hanya 5 kali dalam sehari ?

Bukankah itu jumlah yang sangat sedikit sekali buat kita, bila dibandingkan jutaan lebih nikmat yang tlah Dia limpahkan stiap detiknya untuk kita.

Kepada siapa kita akan Tunduk dan Patuh bila bukan kepada Dia,
satu-satunya Pemilik Hidup dan Mati kita ?

Karena Hanya Dialah tempat kita berawal dan kita kembali untuk menghadap-Nya dengan sgala perhitungan yang seadil-adilnya...



" GiezTofa 190510 "

Teduh.....


 Berjalan menyusuri pantai....dengan ombak yang tenang,

Ku hentikan langkah.

Lihatlah aku berada disini, padahal beberapa menit lalu baru saja ku menyapa sahabat - sahabat terbaikku.

Hanya memandang jauh ke depan, menatap takjub pada kemegahan malam ini.

Udara yang dingin tak ku hiraukan, ku bentangkan sajadah hijauku...di atas pasir - pasir pantai.

Lihatlah, hanya aku saja disini.
Tak ada siapapun.

Diatas sajadah, aku duduk bersila...mengagungkan Nama-Mu Ya Rabb...
Nama-nama indah-Mu...
Diiringi irama deburan ombak pantai yang bergemuruh, bisik angin yang berhembus kencang...
Menatap luasnya ciptaan-Mu dan cerahnya lazuardi yang memayungi...

Teduh rasanya disini...
Nyaman rasanya berada disini...
Dan damai di hati saat tak ada seorangpun yang mengganggu saat aku bersama-Mu...

Memuja dan Menemui-Mu kapan saja dan dimana saja, dalam keramaian, dalam keheningan...

Aku ingin tetap Mencintai-Mu selama - lamanya...seberapapun sulitnya aku untuk berada disisi-Mu...


" GiezTofa 210510 "

Saat Bu Direktur Jadi Pembantu

Saat Bu Direktur Jadi Pembantu

Sedekah dengan Uang Terakhir (Kisah Nyata)

Sedekah dengan Uang Terakhir (Kisah Nyata)

Rabu, 19 Mei 2010

Ikhlas


Ku menundukkan wajah dipenghujung asharku tadi sore,

Terdiam...meredam getaran perasaan yang paling dalam, hingga tak nampak lagi,
Hening menyergap.

Aku terhempas dalam ruang yang luas,
bersimpuh...hanya aku dan dia disana,
berhadapan dengan yang selama ini kurindukan,
saat duka menghampiri dan saat bahagia mendekapku.

Dia hanya mendengarkan kalimat demi kalimat pujian yang kulontarkan hanya untuk-Nya. Aku katakan pada-Nya semua yang terdesak di hati ini...
Aku rindu Engkau.
Aku ingin dekat dengan Engkau, lebih dekat lagi.

Kupersembahkan ucap terima kasih, tlah menganugerahiku segalanya sepanjang hidupku, sehat, rizki, kebaikan dan kehormatan.

Penat, sesak, musibah, ujian yang pernah Engkau kirimkan hanyalah supaya aku menjadi dekat dengan-Mu, supaya aku tak berpaling dari-Mu.
Aku terisak lalu...,

Teringat jauh dibelakang sering melalaikan Perintah-Mu.
Masih terdampar ditangisan,
mendapati diri dibimbing menuju Cahaya-Mu...mendapati diri-Mu yang Maha Suci, Maha Besar, Maha Penyayang, dan tak pernah berpaling dariku, walau kadang ku datang saat mata membengkak hanya untuk menumpahkan sesak dan tangis dipenghujung sujud.

Ku Ikhlaskan pada-Mu setiap episode hidup ini hanya tuk tetap bersama-Mu, sampai desahan nafas dan hati ini berhenti menyebut nama-Mu...


" GiezTofa On 180510 "


Sabtu, 01 Mei 2010

Maafkan Aku, Bukan Jodohmu...


“ Memangnya apa sih yang mau kamu bicarakan sama aku, sayang…?” Arya menggeser tubuhnya menjadi dekat dengan Ayyu. Ayyu terdiam…menundukkan wajahnya yang manis. Arya menunggu jawaban Ayyu dalam hitungan detik, mulai menghitung di dalam hati.

“ Kamu benar – benar sayang sama aku, Arya…?” Ayyu membuka suara.

“ Sangat, Ayyu.” Arya menjawab lugas. Ayyu tersenyum kecut.

“ Kenapa…? Tidak yakin dengan kesungguhan perasaanku…? Tidak yakin juga dengan keseriusanku untuk menjadikan kamu isteriku ? aku harus melakukan apa lagi sayang...hingga kamu benar – benar yakin bahwa aku menyayangi kamu ?” Arya menatap wajah Ayyu. Dipegangnya bahu Ayyu. Ayyu menjadi grogi, dilepaskannya tangan Arya perlahan.

“ Bukannya aku ragu dengan kamu. Tapi…apakah kamu yakin kamu bisa membahagiakan aku kelak ? baru kali ini aku begitu dicintai dengan sangat oleh seorang laki – laki, sebelumnya aku telah mendapatkan kecewa dari laki – laki yang aku cintai, Arya.”

“ Justru itulah sayang…Tuhan telah mengganti ketabahanmu dengan hadirnya aku, hhehehe…jadi narsis gini yach aku sayang. Sudahlah…gak usah mikir yang macam – macam yach…, kita jalani saja rencana kita ke depan nanti. Percayalah, aku akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu dengan segenap cinta dan sayangku padamu. Semua yang aku butuh ada di diri kamu, sayang…aku hanya berharap dan berdoa pada Tuhan, bahwa kamu adalah jodohku sampai aku mati.” Arya mengelus rambut Ayyu lembut.

Ayyu tersenyum bahagia. Dipeluknya Arya kuat – kuat. Ya…Tuhan, begitu besar pemberian-Mu yang tiada terkira ini. Jagalah Arya untuk tetap menjadi milikku, dan kabulkanlah permohonannya barusan…berjodoh denganku sampai ajal menjemputnya. Ayyu mengamini permintaan hatinya. Disaat yang bersamaan, Arya mengamini ucapannya pada calon isterinya tadi.

**********

Tiba – tiba dering telepon sore ini di kantor Ayyu membuyarkan konsentrasi Ayyu. Mamanya memberi sebuah berita pada Ayyu. Ayyu menjadi histeris. Dudul yang sedari tadi berada di samping Ayyu, menjadi kaget setengah mati.

“ Bukannnnn…..! bukann Arya, Mama….! Mama salah….Mama salahhh….” Ayyu menangis sekencang – kencangnya, sangat histeris. Seisi ruangan itu menjadi terkejut mendengar tangisan Ayyu. Semua rekan Ayyu berkumpul, mencari tahu gerangan yang terjadi dengan Ayyu. Dudul memapah tubuh Ayyu yang tiba – tiba menjadi lemas. Terjatuh lunglai. Dudul langsung membopong tubuh Ayyu dan meletakkannya di atas sofa di sudut ruangan kantornya.

“ Ayoo…yang lain bubar ! Hilman…tolong ambil mobil gue di basement, tunggu gue di Lobby, antar Ayyu pulang ke rumah. Dhyta…dan Nisa buruan hubungi Mama Ayyu, tolong tanyakan apa yang terjadi hari ini ? segera yach…jangan pakai lama.”

Dudul segera ambil tindakan cepat. Hilman berlari keluar ruangan menuju basement, sedangkan Dhyta dan Nisa bergantian menghubungi kediaman Ayyu. Tak ada yang menjawab telepon di rumahnya. Dhyta segera menghubungi ponsel Arya. Tidak aktif sama sekali ! Nisa tidak kehabisan akal, langsung menghubungi rumah Arya. Tak ada satupun yang menjawab dering telepon disana. Nisa mencobanya kembali, berharap, pembantu Arya ada di rumah.

“ Ya..Mba…aku teman kantornya Mas Arya. Dimana Mas Arya sekarang berada ?” Nisa bertanya pada pembantu Arya.

“ Di Rumah Sakit neng. Tidak jauh dari kantor Mas Arya. Buruan yach neng kesana...” Mba Sumi mengakhiri pembicaraannya di telepon.

Dhyta dan Nisa segera menghambur keluar ruangan menuju Rumah Sakit yang diberitahu Mba Sumi, bersama Dudul, Hilman dan Ayyu yang masih tak sadarkan diri.

**********


Di lorong dekat ruang Unit Gawat Darurat, terlihat Mama Ayyu menangis, begitu juga dengan Mama Arya dan Papanya. Hanya Alisha dan Papa Ayyu yang tetap tenang duduk di kursi tunggu. Kedatangan Dudul, Hilman, Dhyta, Nisa dan Ayyu membuat suasana tambah tegang. Ayyu yang berjalan lunglai dipapah Dhyta dan Nisa.

Ayyu menghambur memeluk Mamanya. Matanya telah sembab. Mama Ayyu memeluk Ayyu, menciumi Ayyu dengan isak tangis.

“ Sabar yach sayang…jangan keluarkan air matamu nanti di depan Arya. Ikhlaskanlah yang terjadi hari ini sayang…berdoalah semoga Arya selamat, yach sayang…,” Mama Ayyu masih memeluk Ayyu.

“ Ayyu gak bisa seperti itu, Mama…Ayyu gak mau kehilangan Arya, Ayyu sayang sama Arya, Mama…! Ya Tuhan…jangan pisahkan aku dengan Arya…aku sayang banget sama Arya, Tuhan…apapun yang terjadi dengan Arya, Ayyu janji mau nerima Arya…tapi berikan keselamatan untuk Arya, berikanlah Tuhan…berikanlah itu pada kuu….,” Ayyu terisak – isak di pelukan Mamanya. Mama Arya yang melihat kejadian itu, sungguh tak tega. Ia hanya menangis, menundukkan wajahnya. Entah berapa banyak airmata yang sudah tumpah sedari tadi di wajahnya. Papa Arya hanya dapat mengelus – elus bahu Mama Arya, menenangkan hatinya.

Dokter jaga dari Ruangan Gawat Darurat keluar.

“ Maaf…Siapakah diantara kalian yang bernama Ayyu ?” Dokter yang menangani Arya bertanya pada yang hadir di sana.

“ Aku…Dokter.” Ayyu mengacungkan telapak tangannya.

“ Mari ikut saya, Arya mau bertemu anda.” Ayyu mengikuti langkah Dokter Mario kedalam, tempat dimana Arya terbaring.

Ayyu tak kuasa menahan kesedihannya. Dihampirinya calon suaminya, Arya Kusuma yang sedang dalam keadaan tergolek tak berdaya di tempat tidur. Seluruh tubuhnya penuh luka, kaki, tangan dan wajahnya.

“ Arya…aku disini sayang…,” Ayyu menyapa Arya.

Arya menolehkan wajahnya ke arah suara Ayyu. Mata Arya terbalut perban. Begitu juga dengan kedua kakinya. Keadaannya sangat mengenaskan sekali. Air mata Ayyu tak henti – hentinya menitik satu demi satu di pipinya. Calon suaminya yang akan menikah dengannya 3 minggu lagi, kini tak jelas kondisinya, antara hidup dan mati.

Ayyu menarik kursi didekatnya, lalu duduk menghadap wajah Arya. Diciumnya tangan Arya penuh kelembutan. Diusapnya kening Arya. Arya hanya terdiam. Kedua matanya terbalut perban. Bibir Arya pun tak bisa di gerakkan. Arya seperti mayat hidup, hanya terlentang dan tak berekspresi. Ayyu menjadi sangat terharu melihat kondisi Arya seperti itu.

“ Arya sayang…dengarkan aku, ku akan menemani kamu sampai kamu sembuh. Tak usah pikirkan rencana pernikahan kita. Kesembuhan kamu adalah yang utama buat aku. Tak ada kebahagiaan yang aku rengkuh selain melihat kamu sehat seperti sedia kala, sayang…aku rela menghabiskan waktuku, hanya demi kesembuhanmu, asalkan bisa bersamamu disampingmu, Arya…..,” Ayyu menciumi tangan Arya sekali lagi. Airmatanya terus berjatuhan, tak kuasa Ayyu menahan tangis dan sesak.

Arya tak bisa bicara, tangannya hanya bergerak – gerak seperti hendak memegang sesuatu. Dokter mengambilkan pulpen dan selembar kertas, diletakkannya di atas tempat tidur, persis di dekat tangan Arya. Ayyu hanya memperhatikan gerakan tangan Arya yang mulai menuliskan kata demi kata. Setelah menunggu lama, Dokter Mario memberikan kertas itu pada Ayyu. Ayyu mengambilnya dengan hati – hati.

“ Maafkan aku…tlah buat kamu menangis. Aku tidak tahan melihat kamu menderita. Pergilah sayang…jauhi aku. Aku rela..sayang….!” tulisan tangan Arya membuat jantung Ayyu berhenti mendadak. Airmatanya terus berjatuhan…banyak…dan lebih banyak, kepala Ayyu menjadi pusing…pandangannya menjadi buram…gelap…dan Brakkk….!! Ayyu terjatuh dari kursinya.

**********

“ Kenapa Ayyu…? Ayoo...buruan dech…kasian Dhyta harus nunggu kita lama.”
Suara lembut Dudul membuyarkan lamunan Ayyu, yang masih memegang album foto kenangan bersama Arya dan rekan kerjanya di kantor dulu. Kini Ayyu tidak lagi bekerja di kantor, ia telah membuka usaha bersama Dudul di bidang Event Organizer, dan menjadi rekanan bisnis perusahaannya yang dulu.

“ Dul…aku harus pergi yach…? rasanya berat dech.” Ayyu menutup album kenangan itu, dan diletakkan kembali di atas rak buku.

“ Kenapa berat Ayyu…? ada apa memangnya…? Ya udah…sini duduk dekat aku, cerita dulu…keluarin unek – unek kamu, setelah selesai baru kita berangkat ke rumah Dhyta…,” Dudul mengajak Ayyu duduk di sampingnya.

“ Maafin aku yach Dul…tapi rasanya berat harus menyaksikan Dhyta di hari bahagianya, bukan karena aku iri dengan Dhyta…tapi, aku jadi teringat kembali dengan Arya. Aku tak bisa melupakan dia, Dul. Dua tahun telah berlalu, Arya tak pernah membalas suratku setelah kecelakaan yang menimpa dirinya. Aku tak pernah tahu bagaimana kabar dia sekarang, mama dan papanya pun selalu mengatakan Arya sedang dalam pengobatan di Singapura. Aku ingin sekali ketemu dengan Arya, Dul…aku rindu sama dia. Aku tidak mengerti dengan Mama dan Papa ku juga, yang tidak mengizinkan lagi aku membicarakan Arya. Kenapa Dul..? aku cinta Dul sama dia…! Sangat cinta. Kenapa Arya harus membiarkan aku menderita seperti ini…? Apa salahku Dul…? apa Dul…?” Ayyu memukul – mukulkan tangannya ke dada Dudul. Dudul hanya diam. Seribu bahasa. Lalu ditatapnya wajah Ayyu lekat – lekat.

“ Sebesar apa cintamu sama Arya ?” tanya Dudul.

“ Apapun akan aku lakukan untuk dia, asal aku bisa bersamanya. Aku tak peduli dengan keadaannya, seburuk apapun.” Mata Ayyu mulai berkaca – kaca. Memendam rindu dan kesedihan yang tak terbendung.

“ Masihkah kamu menginginkan untuk bersamanya Ayyu, sedangkan Arya tidak pernah punya kepercayaan diri bahwa dia bisa membahagiakan kamu ? masih terlintas di pikiran kamu bahwa Arya sekarang juga masih memiliki cinta yang sama dengan kamu ?” Dudul memegang bahu Ayyu. Air mata Ayyu akhirnya meluap juga. Tumpah karena ucapan Dudul yang sangat mengejutkan hatinya.

“ Maksudmu…Dul ?” tanya Ayyu.

“ Berhentilah menangis…wajah cantikmu menjadi hilang karena air mata mu itu…ayoo…tersenyumlah untuk Dhyta, sobat terbaikmu. Okay cantik…?”

Ayyu tersenyum juga. Cuma Dudul yang bisa bikin hatinya hangat dan nyaman sejak kepergian Arya dari hidupnya yang tiba – tiba, dan cuma Dudul juga yang bisa mengerti semuanya tentang Ayyu sebelum Ayyu bertemu dengan Arya. Lalu kenapa Ayyu tetap memilih Arya ?. Entahlah, mungkin begitulah jalan hidup manusia, tak bisa diterka. Dan sudah menjadi urusan Tuhan.

**********


Acara ijab Kabul yang berlangsung khidmat pagi ini antara mempelai wanita Dhyta dan mempelai laki – laki Hilman telah berjalan dengan mulus, Rekan – rekan kerja Dhyta, sahabat, keluarga dan handai taulan yang menyaksikan acara sakral yang terindah sepanjang hidup Dhyta dan Hilman, memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua. Disanapun hadir pula Nisa dan Dokter Mario yang tak lama lagi juga akan menyusul kebahagiaan Dhyta dan Hilman. Tinggal Dudul dan Ayyu yang entah kapan akan mengakhiri masa lajang mereka.

“ Ayyu…makasih yach….udah siapin ini semua buat aku dan suamiku, Hilman, tanpa kamu dan Dudul, kita bukan apa – apa hari ini.” Dhyta memeluk Ayyu dan menciumi kedua pipi Ayyu. Hilman berjabatan tangan dengan Dudul. Mengucapkan terima kasih atas bantuan Dudul yang sudah mempersiapkan acara yang teristimewa ini.

“ Yach…Dhyta…sama – sama. Senang bisa bekerja sama dengan kamu dan suamimu.” sahut Ayyu.

“ Kapan kamu menyusul kita ? Dudul udah siap tuch…mendampingi kamu, Yu.” Dhyta menggoda Ayyu. Ayyu cuma tersenyum simpul. Mencubit lengan Dhyta.

“ Jangan Dhyt…jangan godain Ayyu kayak gitu, kalo dia ngambek ntar aku yang susah baikinnya, hhehhe…maaf yach Yu…!” Dudul ikutan bicara.

“ Emangnya kamu mau nungguin aku sampai berapa lama ?” tanya Ayyu spontan pada Dudul.

“ Hhhehhe….ngapain ditanyain, neng…? Selama ini juga gue udah nungguin neng…neng aja yang gak sadar – sadar di tungguin, hahhaha…upss…!! sowry kalo gue keterlaluan. Maaf yach…Yu.” Dudul mencubit lengan Ayyu, tapi wajah Dudul menjadi merah. Malu, dan takut Ayyu marah. Dhyta dan Hilman yang mendengar guyonan Dudul menjadi tertawa terbahak – bahak.

“ Gak Dul…aku gak marah sama kamu, kita bergabung yuk sama teman – teman yang lain, tuch disana…! Dhyta, Hilman…aku tinggal dulu yach, “ Ayyu menggandeng Dudul ke luar ruangan. Sepertinya ada sesuatu yang hendak Ayyu bicarakan dengan Dudul.

“ Gak lucu tau…!” Ayyu memulai percakapan di pelataran parkir rumah Dhyta yang sangat luas itu, jauh dari keramaian orang – orang yang sibuk mondar mandir menyambut tamu – tamu yang datang.

“ Emangnya kenapa ? gak suka aku ledekin kayak gitu… ? “ Dudul menatap mata Ayyu tajam. Ayyu menganggukkan kepala.

“ Karena masih sayang sama Arya yach…jadi tidak mau membuka hati sama siapapun ? sama seperti kejadian kamu patah hati dengan Pranata dulu ? hatinya ditutup rapat – rapat. Terus pas Arya datang dengan segudang cinta dan perhatian, baru mau buka hati…dan jatuh cinta, setelah jatuh cinta lalu sekarang dikecewakan, masih juga menutup hati dengan siapapun ? hebat banget kamu Yu…hebat!” Dudul lalu pergi meninggalkan Ayyu sendirian. Ayyu mengejarnya dari belakang. Ditariknya lengan Dudul, Dudul menoleh. Lalu menghentikan langkahnya seketika.

“ Kenapa, Ayyu yang cantik ? ada yang salah dengan ucapan aku ? aku minta maaf yach sayang…,” Dudul mengulurkan tangannya.

“ Apa Dul…? ulangi lagi…yang kamu ucapin tadi…,” pinta Ayyu.

Dudul membuang nafas. Menahan kesal di hati. Harus bicara apa lagi sama Ayyu, agar gadis di hadapannya ini mengerti perasaannya. Gejolak cinta di hatinya yang sekian tahun dipendamnya, tapi tak berbalas. Bahkan di saat Arya tak mencintai Ayyu lagi pun, Dudul belum bisa mendapatkan hatinya Ayyu.

“ Mmmuachhh…!!” tiba – tiba Dudul mencium bibir Ayyu spontan. Ayyu terkejut. Walaupun tak ada yang melihat aksi Dudul barusan, namun wajah Ayyu telah berubah warna. Dudul hanya memperhatikan perubahan warna di wajah Ayyu. Menunggu reaksi Ayyu, marah, menamparnya atau tidak bereaksi apa – apa.

“ Plakkk…!” ternyata Ayyu menampar wajah Dudul juga. Lalu pergi meninggalkan Dudul. Dudul cuma tersenyum saja melihat kepergian Ayyu. Diusapnya pipinya, lumayan sakit, tapi tidak apa – apa. Ayyu pasti kembali lagi padanya. Begitu pikir Dudul.

“ Dudul…!” sebuah suara memanggil Dudul dari arah belakang.

Dudul menengok. Dan sangat terkejut ketika melihat seseorang yang telah memanggilnya. Arya Kusuma ! laki – laki yang pernah menjadi calon suami Ayyu.

“ Arya…?? Apa kabar sobat…? Koq bisa datang ke sini ?” Dudul memeluk tubuh Arya erat. Arya datang ditemani asisten pribadinya, Eddy.

“ Baik dan sehat, Dul. Tapi seperti inilah keadaan aku, tanpa kaki kanan dan tangan kiri.” Arya menyahut dan memperlihatkan kondisi tubuhnya.

“ Ya Tuhan…benar seperti yang diceritakan kedua orang tua kamu yach..?”

“ Ya beginilah aku sekarang, dua tahun aku menghilang ke Bandung, melupakan semuanya, melupakan calon isteriku juga. Sempat berobat ke Singapura, tapi hanya beberapa bulan saja, Papaku bisnisnya bangkrut, mama menjadi sakit – sakitan. Aku akhirnya tinggal di Bandung bersama Om dan Tanteku, bantuin usaha dia di bidang periklanan, lumayan hasilnya, aku bisa maksimalkan keahlianku, karena masih bisa menggambar dengan tangan kananku. Hilman yang menghubungiku via email, Dul…dia cerita banyak tentang kamu, tentang bisnis kamu juga. Hilman mengundangku untuk datang ke sini. Oh yach…mana isterimu Ayyu ?” Arya celingukan mencari sosok Ayyu.

“ Oh…iya…eh..Ayyu di dalam…sobat.” Dudul begitu gugup mendengar pertanyaan Arya barusan. Duhh… mau kasih penjelasan apa sama Arya ?.

“ Boleh antarkan aku Dul untuk menyampaikan permohonan maafku pada Ayyu ? itupun kalau kamu mengizinkan…, bila tidak tak apa. Aku cukup bertemu dengan Dhyta, Hilman dan rekan – rekan yang lain saja.” Arya memohon pada Dudul untuk dipertemukan dengan Ayyu, mantan kekasihnya.

Dudul akhirnya mengajak Arya masuk kedalam, menemui Dhyta dan Hilman terlebih dahulu, lalu mulai mencari Ayyu yang sedang berbincang dengan anak buahnya di tempat standing party.

“ Hai…Ayyu…! Apa kabar…?” Arya menyapa Ayyu. Ayyu terperangah melihat sosok laki – laki yang dikenalnya itu, telah berdiri di hadapan wajahnya.

“ Aryaaaa….??” Ayyu kaget setengah mati, hendak dipeluknya Arya, laki – laki yang masih terlihat tampan, gagah dan simpatik ini.

“ Maaf Ayyu…jangan peluk aku. Kamu sudah jadi milik Dudul sekarang.” ujar Arya.

“ Milik Dudul…? Maksud kamu apa Arya…? Dudul, ada apa ini…?” Ayyu berdiri mematung berhadapan dengan Arya, dilihatnya tangan dan kaki Arya yang tidak sempurna, Ayyu hanya terperangah saja, lalu berjongkok memastikan celana panjang yang dipakai Arya memang kosong, tak ada kaki kiri Arya disana, begitupun dengan tangan kiri Arya, dipegang Ayyu. Ayyu melakukan gerakan mundur selangkah. Bingung dengan apa yang telah dilihatnya di depan matanya.

“ Maafkan aku..Ayyu, aku pergi tanpa pamit padamu. Aku menyuruh Dudul untuk menikahi kamu…aku rela Dudul memperisteri kamu, karena aku sudah tahu Dudul juga sangat mencintai kamu sebelum kamu bertemu dengan aku, aku tahu itu semua dari Shasha. Aku tak bisa membahagiakan kamu dengan kondisi tubuhku yang seperti ini, aku takut mengecewakan kamu…Ayyu, aku menghilang 2 tahun hanya untuk memperbaiki rasa minder aku, sebagai orang cacat. Aku telah mengubur rasa sayang aku sama kamu 2 tahun lalu, aku sekarang ke sini hanya untuk meminta maaf atas kepengecutan aku padamu. Aku telah menyampaikan permohonan maafku pada kedua orang tuamu dan keluargamu, 2 tahun lalu tentang pengunduran diriku menjadi suamimu.” Arya mendekati Ayyu. Ayyu hanya bisa menangis demi mendengar pernyataan Arya.

“ Aku belum menjadi isteri Dudul, Aryaa…,” ujar Ayyu terisak – isak. Dudul hanya diam saja menyaksikan momen menyedihkan itu.

“ Dul…? kenapa kamu belum menikahi Ayyu..? kamu khan udah janji sama aku mau membahagiakan Ayyu..?” Arya bertanya pada Dudul. Dudul hanya menggaruk – garuk kepalanya yang tak gatal. Bingung, mau jawab apa. Biar saja Ayyu yang menjawab. Dudul ikhlas. Toh, Ayyu juga masih mencintai Arya. Sudah nasibnya kali, Dudul harus menjadi sahabat Ayyu seumur hidup. Tak bisa memiliki Ayyu.

Ayyu menahan tangisnya yang mau meledak karena mendengarkan semua penjelasan Arya hari ini, begitu pengecutnya dan tidak percaya dirinya laki – laki yang sangat dicintainya, yang setiap hari di rindukannya itu, hanya karena dia cacat fisik, bukan cacat kepribadian. Padahal, Ayyu tidak pernah melihat kesana, dimana kekurangan menjadi penghalang rasa cintanya pada Arya. Jadi buat apa lagi Ayyu harus mengatakan pada Arya sekarang bahwa ia masih mencintai laki – laki itu? Percuma sudah ! Bagaimana Arya bisa yakin membahagiakan Ayyu, sedang dengan dirinya sendiri saja Arya tidak yakin. Dan bodohnya, Ayyu telah mengacuhkan Dudul yang benar – benar mencintai Ayyu sedari dulu.

**********


“ Eitss…mau kemana sayang….? yang lain sudah pada tidur lho...” Dudul menarik lengan Ayyu yang hendak bangun dari tempat tidur, Ayyu menjadi terhempas di sisi Dudul.

“ Mau ambil air minum dulu…buat kamu, kalo nanti haus. Hhehehe…” Ayyu melepaskan tangan Dudul. Beranjak dari tempat tidur.

“ Gak usah sayang…nanti saja aku yang ambil ke dapur, kamu disini aja dulu.” Dudul menarik lagi lengan Ayyu. Ayyu tetap membandel, berjingkat dari tempat tidur.

Dudul mengikuti langkah Ayyu dari belakang, lalu Hap !! diangkatnya tubuh Ayyu, digendongnya gadis manis itu dengan penuh kemesraan hingga ke tempat tidur, dan di letakkan di atas tempat tidur perlahan – lahan. Ayyu bahagia banget dan dipejamkanlah matanya. Menanti yang akan dilakukan Dudul padanya dan Dudul pun sudah berada di atas tubuh Ayyu sekarang. Menatap wajah Ayyu lekat. Ayyu membuka matanya pelan – pelan. Menatap mata Dudul yang hangat dan penuh kasih sayang.

“ Kenapa loe Yu…? Takut sama gue yach..? hhehhe….ya udah kalo takut. Besok aja lagi. Its ok koq.” Dudul mencium kening Ayyu, penuh kehangatan. Ayyu menghembuskan nafasnya pelan – pelan. Menghilangkan rasa yang dibilang Dudul barusan.

“ Gue gak takut koq…cuma nervous aja. Hhhehehe…Maaf yach…khan belum pernah.” Ayyu mencium hidung Dudul.

“ Owhh…gitu yach..? ya udah kita mulai sekarang ajaaa yach sayang…?” Dudul sudah tidak sabar, langsung menciumi pipi Ayyu.

“ Ihhh…katanya besok gak apa – apa, Dul.” Ayyu merajuk.

“ Udahlah sayang…, kita khan bukan sahabat lagi malam ini…, gak ada tawar – menawar lagi yach sayang…! kamu udah jadi isteri aku, Ayyu yang cantik…,” Dudul mencium sekali lagi kening Ayyu. Ayyu tertawa – tawa melihat Dudul yang sudah tidak sabar malam ini. Dari pada Ayyu berubah pikiran lagi, akhirnya Dudul segera mematikan lampu utama di kamarnya, dan dinyalakan 2 buah lampu meja yang ada di sisi kiri dan kanan tempat tidur mereka.


---T A M A T---


Tangerang, 26 April 2010
At. 01.00 a.m

" Akhirnya selesai juga cerita ini, Alhamdulillah...., makasih wat Mas Mustofa yang udah jadi tempat share gue selama ini. "

Fans