Rabu, 14 Juli 2010

KETIKA CINTA TAK LAGI PUTIH ( Part 1 )

“ Andai saja kisah di masa depan telah diketahui di masa kini, maka penyesalan takkan datang untuk menjerat hati“

“ Dinda…entah kenapa beberapa hari ini aku tak bisa tidur…tersiksa sekali diriku.”
Asril mengutarakan isi hatinya pada seorang gadis cantik yang selama ini dikejarnya.

“ Kenapa tersiksa, Bang…apakah diriku telah mengganggu hidup abang…?”
Dinda memainkan ujung jilbabnya. Sementara Asril terus memperhatikan gadis cantik di hadapannya yang duduk di atas sepeda motor sport kesayangannya.

“ Lihatlah wajahku De…tak ada sedikit rindukah di hatimu ketika aku menghilang dari hidupmu dulu…?” Asril memegang kedua tangan Dinda. Dinda menepisnya halus.

“ Tak enaklah bang…dilihat orang. Sebenarnya abang nih hendak bicara apa sih dengan aku…? Aku harus pergi ke kampus bang. Aku bukanlah orang berada macam abang, aku cuma orang biasa…kalau aku tak hadir ke kelas hari ini, aku telah mengecewakan kedua orang tuaku, bang. Abang cobalah mengerti keadaanku…sejenak.” sahut Dinda.

Asril menghela nafas, menariknya dalam dan membuangnya secepat ia menariknya.

“ Kenapa bang..? ada yang mengusik pikiran abang dengan ucapanku tadi ? maaflah bang…tak bermaksud lisanku melukai perasaan abang. “

“ Aku benar – benar membutuhkanmu De.., tak mengertikah kamu..?” Asril menatap kedua mata Dinda tajam. Dinda merasa risih sekali. Dibuangnya pandangan matanya sejauh – jauhnya, hingga tak bertemu pandangan dengan Asril.

“ Aku mengerti maksud abang…,tapi maaf abang…sekali lagi, aku telah menganggap abang sebagai kakakku sendiri. Sebagai saudaraku sendiri.” Dinda segera turun dari sepeda motor sport Asril. Ditepuknya bahu Asril lembut.

“ Abang…aku tahu apa yang sedang berkecamuk di pikiran dan hati abang tuh, bila tiba saatnya nanti dan Tuhan mempertemukan hati kita, Insya Allah bang…,” ucap Dinda penuh kelembutan.

“ Tapi…De, aku tak bisa melihatmu berdekatan dengan lelaki lain, sekalipun lelaki itu tidak tampan. Hatiku tak bisa di dustai, aku benar – benar menyayangimu…De.” Asril menahan kepergian Dinda. Dipegangnya lengan Dinda. Sekali lagi dinda melepaskan cengkeraman tangan Asril dengan kelembutan.

“ Pikirkanlah De…sekali lagi. Aku tak akan mengecewakanmu…please Dinda.”

“ Abang hanya suka padaku, bukan sayang. Buktikan saja padaku bila benar adanya hati abang padaku seperti itu…dengan perbuatan, bukan sekedar lisan saja. Itulah Lelaki sejati, Bang Asril…., Assalamu’alaikum Bang…!.”

Dinda pergi meninggalkan Asril yang masih tak percaya dengan ucapan yang telah dilontarkan Dinda barusan. Alangkah kejamnya dunia padanya, sehingga seorang gadis cantik menolak cintanya mentah – mentah, sedangkan gadis – gadis cantik lain di kotanya berebutan untuk memikat hatinya, ucap lirih hati Asril.

**********

“ Mengapa kamu bohongi hati kamu sendiri, Dinda…?” Putri mematikan tombol PC di rumah Dinda.

“ Aku tak membohongi diriku sendiri, Put..hanya ragu saja dengan semua ucapan bang Asril. Tidakkah kamu paham tentang perbuatan dia padaku beberapa bulan silam ? ketika aku dekat dengan Syam. Lalu tiba – tiba dia datang dan mendekati aku. Syam mengetahuinya, lalu pergi menjauhiku. Syam tak mau bersaing dengan Asril, bisa kalah total kata Syam. Dan aku dekat dengan bang Asril, tapi…bang Asril bersikap acuh tak acuh, kadang perhatian, kadang pula tak perduli. Hatiku di ombang ambingkan perasaan sukanya. Bang Asril mempermainkan hatiku…karena dia beranggapan aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Dan ketika, aku merasa yakin dengan semua ucapannya yang manis itu…dia tiba – tiba saja pergi dari hidupku. Entah kemana. Syam pun tak sudi lagi dekat denganku.” Dinda membuka jilbab birunya. Tampaklah wajahnya yang cantik, putih dan bercahaya. Rambutnya yang panjang dan hitam, dibiarkan terurai indah.

“ Ya…benar memang, tapi tak adakah kesempatan kedua kali untuk Asril agar bisa membuktikan perasaan sayangnya padamu, Dinda ?.” Putri mengambil jilbabnya yang diletakkan di atas tempat tidur.

“ Heyy…hendak kemana kamu, baru jam 8 malam koq. Tidak berjamaah dulu disini…?” tegur Dinda dengan seluruh wajah yang telah basah dengan basuhan air wudhu.

“ Iyya…tapi kamu yang menjadi imamnya yach…?” sahut Putri sambil beranjak ke arah kamar mandi yang kebetulan berada di dalam kamar Dinda, untuk mengambil air wudhu.

“ Bolehlah…setelah berjamaah, aku jawab pertanyaanmu itu.” Dinda tersenyum manis.

Merekapun menunaikan Sholat Isya berjamaah dengan khusyu.

“ Jawab dong pertanyaanku, Dinda. Tak sabar rasanya menanti jawabanmu.” Putri duduk di pinggir tempat tidur.

“ Putri oh Putri…mirip sekali kamu dengan Asril…sangat tak sabar, hehehhe….,” Putri mencubit lengan sahabatnya berkali – kali. Dinda mengaduh. Dipukulkan wajah Putri dengan bantal kesayangannya. Putri pun tertawa geli. Mereka akhirnya terbaring di tempat tidur, saling berhadapan wajah.

“ Nginap disini sajalah Put…lagi pula kan besok hari minggu, kita bisa bicara banyak.” bujuk Dinda.

“ Bicara banyak tentang Asril maksud kamu, Dinda…? Atau mau bicara tentang abangku saja…? Putra.” goda Putri.

“ Hehehe…memangnya kenapa dengan Putra…? Ada – ada saja kamu. Dia udah aku anggap sebagai abangku sendiri. Tak lebih, Put.” Dinda mengacak – acak rambut Putri.

“ Huft…Putra pasti kecewa bila mendengar ucapanmu tadi. Abangku telah jatuh hati padamu, Dinda. Sudah lama sekali. Kamu saja yang tak pernah memperdulikan perhatiannya selama ini. Mata hati kamu sudah terfokus dengan kehadiran Asril khan…?” Putri merapikan rambutnya yang pendek. Wajahnya yang bulat dan dengan kedua bola mata yang bulat pula menatap wajah Dinda lekat.

“ Hmm..tak benar juga koq, Put. Aku tahu koq abangmu menaruh hati padaku. Tapi, aku tak tahu kenapa aku tak bisa memiliki hati yang sama dengan Putra.” Jawab Dinda. Matanya menerawang ke langit – langit.

“ Hanya ada Asril sajakah di hatimu sampai detik ini…?. Hmm…aku menduga kamu pasti jatuh cinta lagi pada pesona cowok itu, bukankah begitu sahabatku…?” Putri menarik selimut dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal berwarna merah muda sama seperti warna spreinya. Dinda ikutan menarik selimut, meminta bagian dari Putri.

“ Tidak juga...! aku mau konsultasi dahulu pada Pencipta-Ku dalam memutuskan masalah ini, Put.. Dialah Yang Maha Mengetahui segalanya yang terjadi dan yang akan terjadi di masa depanku nanti. Aku tak mau membuat pilihan yang salah untuk hidupku, meskipun itu hanya sekedar dekat kembali dengan Asril. Aku wajib mempertanyakan keragu – raguanku tentang Asril pada Penguasa Langit dan Bumi ini. Itu lebih baik untukku dari pada tidak melakukannya sama sekali. Karena, kita memang bisa belajar dari kesalahan masa lalu, tapi alangkah baiknya bila kita tidak melakukan kesalahan.” urai Dinda.

“ Wahh…wahh…! tidak mengira dech aku punya sahabat yang baru semester 1 tapi udah sebijak ini. Salut…salut !” giliran Putri sekarang yang mengacak – acak rambut Dinda.

Dinda membalasnya dengan mengusap – usap wajah Putri dan menggelitiki pinggang Putri. Putri tertawa – tawa kegelian.

“ Tidur yukk...jam 2 pagi nanti aku harus bangun, konsultasi sama Allah SWT, pilih Asril atau Putra.” ajak Dinda.

“ Aku temani yach…Sholat Istikharohnya. Aku bantu kamu juga, semoga kamu dapat pilihan yang terbaik. Bila keduanya bukan pilihan terbaik..khan itu adalah jawaban Allah.”

“ Alhamdulillah…kamu memang sahabat yang baik.” Dinda tersenyum manis pada Putri.

“ Met bobo…Dinda.”

“ Met bobo…Putri, jangan lupa baca doa sebelum tidur. Semoga Syaithon tidak mengganggumu dan malaikat menjagamu sampai kamu terbangun dari tidur.”

“ Amiennnn…..,” Putri memejamkan kedua matanya, begitu pula dengan Dinda.


Bersambung yach fren………!!


Jakarta, 11 Juli 2010

“ Based on True Story From My Best Friend “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fans