Jumat, 12 Maret 2010

Titip Namaku di Hatimu

 “ Kenapa harus terburu – buru ? udah yakin dengan pilihan loe, Yu? “
Dudul bertanya sekali lagi. Ada kecemasan mendalam di sudut matanya yang rada sipit.

Ayyu melemparkan pandangan ke arah Dudul, menusuk tajam ke dalam kedua bola matanya. Ditatapnya Dudul dengan sejuta keyakinan dan di hembuskan nafasnya perlahan mengenai wajah Dudul, hingga Dudul merasakan kehangatan dan jawaban yang selama ini tidak mau di dengarnya, ah….pengecut sekali hati ini. Bisik Dudul.

Dudul mengambil botol air mineral berukuran 500 ml dari dalam tas ranselnya. Diteguknya tanpa basa – basi lagi. Habis, hanya dalam hitungan detik.

“ Gue takut...” Ayyu tiba – tiba memecah kesunyian yang terjadi sekian menit di Kolam Pemancingan sore ini. Dudul tidak menghiraukan Ayyu. Dudul menyeka keringat yang mengucur di keningnya dengan sapu tangan. Ayyu hanya memperhatikan saja.

Tiba – tiba tangan Ayyu menarik sapu tangan yang di pegang Dudul, dan diusapkan ke kening Dudul perlahan, menghapus keringat yang mengucur deras. Dudul menjadi grogi, dengan perlakuan Ayyu. Ditariknya tangan Ayyu, untuk mengambil sapu tangan yang di pegang Ayyu. Ayyu tidak mau melepaskannya. Dudul mencubit lengan Ayyu, sapu tangan pun terlepas.

“ Gue takut, Dul…” Ayyu mengulang kembali ucapannya. Dudul merapikan perlengkapan pancingnya. Hari sudah senja. Saatnya kembali ke rumah.

“ Takut apaan ? “ Dudul mencubit kedua pipi Ayyu. Ayyu kesakitan. Berteriak kecil.

“ Takut aja…, Dul.” terbata – bata Ayyu mengucapkannya. Lalu kedua matanya terlihat seperti sungai yang di aliri air dari air terjun.

“ Ihh….cengeng banget loe ! mau ketemu hari bahagia koq malah nangis ? “

Dudul menghapus kristal – Kristal bening yang terus menyusuri kedua pipi Ayyu yang mulus. Disekanya wajah Ayyu dengan tangan kanannya. Tiba – tiba Ayyu memeluk Dudul. Dudul kaget setengah mati. Ayyu menangis di dada Dudul. Terisak – isak. Dudul gak mengerti apa yang terjadi di hati Ayyu saat itu. Yang hanya bisa dilakukan Dudul hanya mengusap rambut Ayyu dan menepuk – nepuk bahu Ayyu, agar Ayyu menghentikan tangisnya yang kian kencang.

“ Pulang Yuk…Yu ! tar mama kamu dan Arya pasti cariin kita. Gue gak mau yach dibilang bawa lari calon mempelai wanita. Gue takut di bui, non….!” Dudul berbisik lembut di telinga Ayyu, yang masih saja menangis.

“ Gue belum mau pulang, Dul….hiks…hiks…hiks….”

“ Jangan konyol dan bodoh, Ayyu…., gue gak mau merusak kepercayaan mama dan Arya. Mereka sayang sama loe, kalo loe belum pulang tepat waktu, gue bisa kena masalah.” Dudul merayu Ayyu. Ayyu melepaskan pelukannya. Mengusap sisa air matanya. Dudul mengusap kepala Ayyu.

“ Nah…gitu donk…lebih cantik, tanpa air mata. Senyummm….!!”

Ayyu tersenyum kecil. Dirapikan rambutnya yang berantakan, diikatnya menjadi satu dengan karet rambut.

“ Udah lega sekarang…? Udah gak takut lagi khan…? siapin mental non…1 bulan lagi lho…waktu berjalan cepat, tuh…secepat air mata loe mengalir ! Hahahhaha……”

“ Koq…malah ketawain gue ? emang gak boleh yach orang nangis dan menumpahkan uneg – uneg di hati ? emang loe marah yach, gue peluk loe saat gue lagi nangis ?, pelit dasarrr…” Ayyu langsung menundukkan wajahnya.

Dudul mengangkat wajah Ayyu dengan kedua tangannya, hingga mata mereka berpadu berhadapan.

Ayyu diam saja. Dudul menghembuskan nafasnya. Tenggorokannya tercekat seketika. Beberapa kalimat yang udah disiapkan dihatinya tak bisa meluncur begitu saja. Susunan kalimat itu tiba – tiba berantakan oleh sapuan angin yang kencang dan berhasil memporak porandakan bangunan yang telah dibangun Dudul dengan susah payah.

“ Apaan…? Mau ngomong apa ? koq diam, Dul.”

“ Sayang sekali..Yu…waktunya tidak tepat.” Dudul melepaskan pegangan kedua tangannya di kedua pipi Ayyu. Dudul mencengkeram wajah Ayyu. Hangat. Ayyu merasakannya. Bukan pegangan tangan Dudul. Tapi, ada sesuatu yang tidak pernah ditunjukkan Dudul sebelumnya. Rasa yang hangat. Yach…tepat sekali !.

Dudul menghela nafas panjang, ditatapnya wajah Ayyu dalam. Begitupun Ayyu.

“ Bila loe punya ketakutan, gue juga punya Yu. Gue takut kehilangan loe. Bukan hanya sebagai sahabat, tapi sekaligus sebagai seseorang yang menyayangi loe diam – diam. Entahlah…loe percaya atau tidak. Tapi, gue berusaha untuk menjadi seseorang yang jujur. Jujur mengakui bahwa, gue juga sama dengan calon suami loe. Punya perasaan, punya hati. Punya rasa sayang sama loe. Bersahabat sama loe, membuat perasaan itu terus tumbuh tiap hari. Gue coba melawan, tapi, gue gak mampu….” Dudul menghentikan kalimatnya.

“ Terus….” Ayyu mengharap uraian kalimat dari mulut Dudul berikutnya.

“ Pernah suatu hari gue mencoba untuk mengutarakannya pada loe, tapi gue gak berani. Takut loe menolak gue dan menjauhi gue. Karena gue tau, loe masih terluka dan belum bisa melupakan perlakuan Pranata sama loe. Menjadi sahabat loe adalah pilihan yang terbaik buat gue dan loe. Gue harus bisa menerima kenyataan itu, Yu.” Mata Dudul berkaca – kaca.

“ Ohhh…jadi itu sebabnya loe selalu bilang sama gue, gue harus nerima cowok yang datang ke gue. Termasuk Arya ? “

“ Ya…kalo loe nerima Arya…maka dengan mudah pula gue bisa melupakan loe. Melupakan rasa gue, rasa yang tertinggal biar saja menjadi rasa yang abadi. Persahabatan lebih cocok untuk gue, mungkin. Loe udah dilamar Arya dan akan menjadi milik orang. Jadi, gue bisa menghapus keinginan hati ini. Untuk memiliki loe. Dan gue bahagia, karena ada orang lain yang juga mencintai loe. Teramat sangat. Gue hanya takut loe gak mau lagi berteman dengan gue, selepas loe menikah. Tapi, bila memang Arya tidak mengizinkan loe berteman dengan gue pun. Gue ikhlas, Yu.”

“ Terus……” Ayyu mendengarkan dengan seksama, sementara jam di lengan Ayyu sudah menunjukkan pukul 5 sore.

“ Gue patut berterima kasih sama loe…karena loe telah melalui kebersamaan bersama gue, gue bahagia banget. Walau kadang terbersit rasa cemburu dengan kemesraan yang ditampilkan Arya di hadapan loe. Tapi, gue memang harus tau diri…karena gue laki – laki yang tidak berani, laki – laki penakut. Malah gue dengan semangat berkobar, mendukung Arya mempersiapkan semua trik untuk mendapatkan hati loe. Hehhehehe….bodoh banget khan gue, Yu ? gue memberi kesempatan emas ke cowok lain.”

“ Ya enggak bodohlah Dul….itu namanya loe cowok berhati baja, eh berjiwa besar. Hebattt…!! “ Ayyu mengacungkan jempolnya kewajah Dudul. Dudul tertawa terbahak – bahak melihat Ayyu. Gadis manis itu tidak marah sedikitpun dengan apa yang telah diucapkan Dudul. Uhh…leganya ! Sorak sorai Dudul dalam hati.

“ Loe selalu di hati gue, Dul…gue juga merasa takut, takut kehilangan loe. Takut loe tidak mau berteman dengan gue lagi, atau malah melupakan gue, karena gue menikah dengan Arya. Gue masih mau berteman dengan Loe, dengan Shasha, dengan Erna. Hmmm….gue doain yach semoga loe cepet – cepet dapat kekasih baik hati dan sekaligus istri. Hehehhehe…..”

“ Amien……” Dudul menjawab doa Ayyu, awal yang baik. Semoga menjadi akhir yang baik pula, harap Dudul. Ohhh…Arya beruntungnya kamu memiliki Ayyu.

“ Okay…kita pulang sekarang yach….!” Dudul menarik lengan Ayyu. Ayyu memegang tangan Dudul, dan segera bangun dari duduknya.

Sesak dan ketakutan Dudul telah tertuang dengan indahnya di telinga Ayyu, bagaimana dengan Ayyu ? mudahkah untuk Ayyu menerima begitu saja rasa yang tercurah dengan sempurnanya dari hati Dudul.

**********

“ Koq gak dimakan sayang…? Kenapa sih…? aduhhh…nanti kamu sakit, sayang. Udah dari pagi kamu tidak makan…,” Entah sudah berapa kali Mama Ayyu merayu Ayyu untuk makan. Tapi, Ayyu tetap menggelengkan kepalanya.

“ Ayo dong sayang…makan yach…? Mama masakin makanan kesukaan kamu, mama suapin yach…? ayo dong buka mulutnya…,” Mama Ayyu mulai menyodorkan sendok ke bibir Ayyu. Ayyu hanya diam. Matanya mengeluarkan Kristal – Kristal bening.

“ Koq nangis sayang…? Gak mau makan sama Mama yach…? sama Alisha yach…? biar Mama panggil kakak kamu, bentar yach.”

Mama keluar kamar. Dan mencari Alisha ke kamarnya. Ayyu segera meraih telepon selulernya dari atas meja sudut. Dinyalakannya kamera ponselnya, blitz menyala. Ayyu pasang gaya dengan wajah penuh duka, lalu kamerapun di arahkan ke wajahnya. Klikkkk….!! Selesai sudah. Segera dikirimkannya foto itu via MMS ke nomor Arya dan ditambahi dengan sebuah pesan singkat…” kesini yach Arya, aku butuh kamu.”

Alisha datang, Ayyu segera meletakkan ponselnya kembali di atas meja sudut.

“ Kenapa Yu…? Males makan…? Mau aku hubungi Arya biar dia datang kesini ? Kangen khan sama Arya ?” Alisha duduk di pinggir tempat tidur, di usapnya perlahan rambut Ayyu. Ayyu hanya diam, tetap bersandar di headboard tempat tidur.

“ Gak usah Kak…” Ayyu menyahut. Sekali lagi kristal bening menyusuri kedua pipinya yang putih mulus.

“ Sabar yach…jangan sedih gitu dong…Kakak ikutan sedih juga nih…! sini aku peluk…Ayoo..,” Alisha menarik bahu Ayyu. Ayyu sudah tak tahan lagi, segera dipeluknya tubuh kakaknya. Menangis tersedu – sedu di pelukan Alisha. Alisha membelai rambut adik satu – satunya itu dengan penuh kasih sayang. Alangkah bahagianya menjadi Ayyu, bisa dicintai oleh 2 orang laki –laki sekaligus. Sedang Alisha, mencintai 1 orang laki - laki saja belum dapat ia lakukan.

“ Ayyu bingung Kak, sangat bingung. Hiks..hiks…hiks…”

“ Udahlah…tenangin pikiran kamu aja dulu beberapa hari ini, mungkin ada baiknya kamu tenang dan relaks. Gak baik ahh stress begitu, lagi pula semua jawaban itu ada di hati kamu, Ayyu.” Alisha menghapus butiran air mata di pipi Ayyu dengan lembut. Ayyu tetap terisak – isak dan semakin keras tangisnya. Matanya udah sembab karena airmata yang tidak kunjung berhenti.

Suara ketukan di pintu kamar Ayyu, membuyarkan adegan menangis malam ini di kamar Ayyu. Tak ada sutradara yang menghentikan aksi mereka, Namun kedatangan laki – laki tampan bernama Arya itu, telah membuat suasana menjadi berubah seketika.

“ Hai Ayyu…Malam Kak…” Sapa Arya. Lalu duduk di samping Ayyu.

Alisha memberikan senyum pada Arya. Ayyu melepaskan pelukannya dari tubuh Alisha. Dirapikannya rambutnya. Buru – buru diusapnya air matanya.

“ Koq bisa kesini, pasti Ayyu udah telepon kamu duluan yach Arya ?” Tanya Alisha.

“ Iya Kak…dikirimin MMS, wajah manisnya Ayyu jadi muram. Nih lihat…” Arya menyodorkan ponselnya ke hadapan Alisha. Alisha melihat gambar Ayyu di ponsel Arya, lalu tertawa terbahak – bahak.

“ Yee…Kakak nih…ada yang salah yach sama foto aku ?” tanya Ayyu. Penasaran Ayyu melihat ponsel Arya. Ayyu lupa, kalo dia baru saja menangis terisak – isak.

“ Ihhh…kamu jail Arya…bukan foto yang ini. Ini foto aku lagi bête sama Arya, Kak…ditinggalin di mal sendirian, terus duduk di tangga eskalator turun, dengan cemberut karena cape nyari Arya gak ketemu. Eh…tau – tau Arya peluk aku dari belakang sambil kasih tahu foto ini. Dia membidiknya tepat. Bete khan…? pose aku sengaja dibidik yang lagi jelek banget… ”

“ Hahahhaha….iyya tapi seru khan…? kamu gak jadi marah sama aku. Karena aku jailin kamu, buat cari kado untuk kamu.”

“ Kado…? Kado apa…? Aku khan udah lewat ulang tahunnya. Dasar ngaco kamu.” Ayyu memukul dada Arya lembut.

“ Udah selesai khan kita syuting episode 1 nya Ayyu…? Silakan lanjut yach sama Arya untuk episode ke 2 nya. Hehehhe….dah Arya…,” Alisha meninggalkan kamar Ayyu.

“ Ini kadonya…untuk kamu.” Arya memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah marun. Ayyu menerimanya, dibukanya perlahan. Cincin bermata berbentuk hurup A. Owhh…bagus banget. A berarti Ayyu atau juga Arya.

“ Langsung dipakai yach…kayaknya pas dech di jari kamu.” Arya segera memasangkan cincin itu di jemari manis Ayyu sebelah kiri. Pas banget !.

“ Koq repot –repot sih kasih hadiah ini ke aku, Ya..?” Ayyu menatap wajah Arya sangat dalam. Sedalam perasaan dukanya malam ini.

“ Biar kamu gak sedih lagi, tadinya sih mau ngasihnya besok pagi di kantor kamu. Tapi, gak apa – apalah, malam ini juga oke koq. Hehehhehe….,” Arya tersenyum manis.

“ Kamu tau aku lagi sedih…?? Siapa yang kasih tau kamu ? “ kejar Ayyu.

“ Sini…duduknya dekatan dong. Kangen nih sama kamu…mau cubit pipi nya…” Arya menarik lengan Ayyu.

“ Ogah ahh…tar dikira mau ngapain lagi sama kamu. Kita diluar aja yuk…gak enak sama Mama dan Kak Alisha.” Ayyu menarik lengan Arya keluar kamar, menuju ruang TV. Arya hanya menurut saja.

Ayyu tiduran di atas paha Arya. Arya duduk di sofa menghadap TV flat berukuran 32 inch. Arya membelai rambut Ayyu sambil mencubit pipi Ayyu. Ditarik – tariknya pipi Ayyu dan hidung Ayyu.

“ Kamu sedih karena kangen sama aku khan…? koq gak peluk aku tadi pas aku datang, Yu ? “ Arya membuka pembicaraan.

“ Waduhh…siapa yang bilang aku sedih karena aku kangen sama kamu ? gossip tuch…” Ayyu berjingkat. Lalu di ciumnya pipi Arya. Arya kaget. Eh tapi malah tersenyum – senyum cowok itu. Ayyu mencubit pipi nya Arya. Arya mengaduh. Lumayan, rejeki koq di tolak.

“ Dudul dong…yang bilang ke aku. Dia telepon aku tadi sore…kata dia kamu seharian gak mau diajak ngomong sama dia. Kata kamu, kamu lagi sedih karena gak ketemu aku 3 hari, kamu kangen sama aku. Iyya khan, sayang…?? Ngaku aja dech…!”

Arya menarik kedua pipi Ayyu.

“ Dudul ngarang tau Ya.., tapi…ya udahlah kalo dia bilang begitu, hehhehe….”

Ayyu tidak mengerti apa yang telah dilakukan Dudul terhadap Arya. Arya benar – benar tidak tahu permasalahan yang sebenarnya.

“ Makasih yach…sayang.”

“ Makasih apaan…? “

“ Kangenin aku..emang aku sengaja tuch gak makan siang bareng kamu selama 3 hari, biar kamu kangen sama aku. Hhehhe…”

Ayyu mengangkat kepalanya dari paha Arya. Lalu menatap Arya. Arya menatap Ayyu, dalam dan sangat dalam. Kedua tangan Arya memegang pipi Ayyu. Ayyu menahan nafas. Memperhatikan apa yang terjadi selanjutnya. Mata Arya memancarkan sesuatu yang ingin diucapkannya pada Ayyu.

“ Dorrr…!!! Hahahhaha…..,” Ayyu mendorong tubuh Arya ke belakang. Terjatuh di sofa. Lalu Ayyu berlari ke dapur. Meninggalkan Arya yang bengong melihat tingkah Ayyu. Hmm…baru mau mesra – mesraan…ceweknya malah ngabur ke dapur.

Ayyu kembali lagi di hadapan Arya. Dengan membawa 1 botol air mineral. Dan 1 buah gelas.

“ Minum dulu Tuan Arya…hehehhe…maafkan saya belum menyuguhi Tuan sedari tadi....,"

Arya meneguknya tanpa sisa. Lalu diletakkan gelas itu di meja di hadapannya.

“ Makasih yach…untuk hadiahnya, tapi bukan itu sebenarnya yang aku butuhin sekarang. Aku memang lagi butuh kamu disisi aku.” Ayyu menggeser duduknya hingga dekat dengan kekasihnya, calon suaminya.

“ Hmmm…iyya sayang…sama – sama. Mmmuachhh….”

Arya melayangkan ciuman di kening Ayyu. Lama, hangat dan sangat menyentuh hati Ayyu.


Tangerang, 10 Maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fans