Rabu, 10 Maret 2010

Sebentuk Cinta dari Nany

 

Aku tak pernah membayangkan sebelumnya kalau aku akan mengalami hal terburuk seperti ini. Bermimpi pun aku tidak mau. Rasanya kalau aku tidak menyayangi diriku dan keluargaku, sudah dari dulu saat musibah ini menimpaku, aku ingin pergi dari dunia ini. Meninggalkan Ibuku dan adikku Maharani berjuang keras untuk memenangkan pertarungan hidup yang penuh tantangan ini.

Ya…Tuhan, tak pantaskah aku mendekap hangat kebahagiaan lagi seperti dulu? Tak pantaskah aku kembali menjadi seperti seseorang yang sangat diharapkan keluargaku? Adilkah yang Engkau berikan untukku Ya…Tuhan di saat keluargaku membutuhkan keringat dan kerja kerasku…? Apa salahku selama ini pada-Mu...? Bukankah aku selalu taat mengerjakan semua Perintah-Mu dan menjauhkan segala Larangan-Mu..? Kenapa aku tidak bisa menerima semua ujian-Mu ini Ya Tuhan…? rasanya sulit untuk memahami semua musibah yang Engkau berikan ini padaku.

Terlalu cepat Engkau hantarkan aku dalam keterpurukan, dalam kesedihan yang aku tidak pernah tahu kapan bisa ku akhiri. Ya…Tuhan…, kumohon kepada-Mu….kembalikanlah aku seperti semula, aku rindu saat – saat dulu, saat - saat bahagia berkumpul bersama keluargaku, bersama teman – temanku, dan bersama sesorang yang kucintai.. Ya…Tuhan, bila memang ini adalah jalan-Mu agar hatiku selalu dekat dengan-Mu, maka teguhkanlah hatiku…menjadi orang yang penuh kesabaran dan keilkhlasan dalam menerima kasih sayang ujian-Mu ini……

Erwin masih menangis tersedu – sedu di penghujung doanya…, tak dihiraukan lagi kemejanya yang telah basah oleh jatuhnya air mata yang terus menyusuri kedua pipinya, seakan kedua matanya seperti sebuah waduk yang jebol karena melimpah ruahnya air, disebabkan hujan yang tiada berhenti berhari – hari membasahi bumi. Matanya telah membengkak karena selalu menangis setiap berdoa, dan doa yang diucapkannya selalu itu – itu saja. Hanya memohon kesembuhan dirinya.

Apalah daya manusia? Tuhan pun sudah mendengar doa Erwin setiap hari, Tuhan pun sudah melihat keadaan Erwin yang sangat tidak mengenakkan itu. Tuhan pun mungkin sudah mempunyai rencana indah di balik sebuah ujian yang kini Erwin derita. Tuhan pun mungkin sudah menyiapkan hadiah dari buah kesabaran Erwin…hanya Erwin tidak mengetahuinya, andai saja Erwin mau mengambil hikmah dari musibah yang menimpanya saat ini, agar Erwin selalu dekat dengan Pencipta-Nya. Karena seseorang yang sedang diuji Tuhan…adalah sesungguhnya dia sedang dekat dengan Tuhan-Nya. Setiap tetes air mata yang jatuh dari kedua mata Erwin…sesungguhnya adalah air mata kebahagiaan, bukanlah air mata kesedihan, karena sebenarnya Erwin memang telah dicintai oleh Tuhan dan dipilih sebagai seseorang yang akan naik kelas, yaitu dalam kelasnya orang – orang yang bersabar dan ikhlas.

“ Kakak mau aku suapin makan sekarang…?” Maharani menawarkan makan sore pada Erwin.

“ Tak usahlah Ran…, kamu sediakan saja. Biar kakak makan sendiri. Antar kakak ke ruang tengah yach…? Kakak mau makan sambil nonton TV.” Sahut Erwin.

“ Tapi Kak…, “ Rani ragu mengantarkan kakaknya ke ruang tengah. Selama kakaknya mengalami musibah kecelakaan mobil 2 bulan lalu, kakaknya sudah tidak pernah lagi mau menonton tv. Kerjanya hanya berdiam diri di kamar, berdoa tanpa berhenti dan selalu menangis. Membuat Maharani khawatir akan kestabilan jiwa kakak satu – satunya itu.

“ Ayolah…Ran..antar kakak ke sana yach…?” Erwin menarik tangan Rani.

Tangan kanan Rani memegang bahu kakaknya. Diajaknya kakaknya ke ruang tengah dengan berjalan berhati – hati. Sesampainya di ruang tengah, segera dirapikan bantal kecil untuk sandaran punggung kakaknya. Agar kakaknya bisa menonton TV dengan nyaman. Didudukkan kakaknya di sofa berukuran L yang hanya berjarak 200 meter dari buffet TV.

Setelah itu Rani pergi ke dapur, mengambil makanan dan sebotol air minum untuk Erwin. Tanpa memberitahu terlebih dahulu.

“ Ran…mana remote TV nya…? Kakak mau nonton berita terkini.” Erwin memanggil nama Rani. Namun sayang, Rani tidak mendengarnya.

“ Ini Kak Erwin…bukalah tangan Kakak.” sebuah suara lembut tiba – tiba menjawab pertanyaan Erwin. Erwin kaget. Karena belum pernah mendengar suara lembut itu di rumahnya. Apalagi dengan panggilan Kakak. Yang pasti itu bukan suara adiknya, Rani dan bukan pula suara Ibunya.

“ Maaf…kamu siapa yach? aku tidak pernah mengenal suara kamu sebelumnya.” Erwin menengok ke arah asal suara lembut tadi. Memberi senyum manis. Dibalas si pemilik suara lembut itu dengan senyum manis pula. Tapi, pemilik suara lembut itu tiba – tiba matanya berkaca – kaca. Dan sayangnya, Erwin tidak bisa melihat kristal – kristal bening yang mengisi ruangan kedua mata si pemilik suara lembut itu. Bahkan Erwin juga tidak dapat melihat senyum manis yang diberikan untuknya.

“ Namaku….Nany, Kak Erwin, teman satu kelas dengan Maharani.” gadis bersuara lembut itu mengenalkan diri.

Erwin tersenyum. Dibukanya telapak tangan kanannya. Nany meletakkan remote TV di tangan kanan Erwin yang sudah terbuka lebar. Erwin memegang remote TV erat. Dan memulai memainkan tombol – tombol remote dengan jarinya. Terlihat kesulitan sekali Erwin memencet tombol remote TV. Sekali lagi gadis bernama Nany menawarkan bantuan pada Erwin.

“ Biar aku bantu Kak.., Kakak mau saluran nomer berapa? Biar tanganku yang memilihkannya untuk Kak Erwin.”

“ Terima kasih De…aku masih bisa koq kalau hanya untuk memencet tombol remote. Aku tidak mau menjadi manja karena aku seperti ini.” Ujar Erwin.

Di hati yang paling dalam sekali, Erwin menangis…dan menangis terisak – isak, berusaha bersikap seperti ia seorang yang berjiwa besar di depan Nany, padahal ia seorang yang rapuh, yang cengeng, yang tidak tahan kesakitan dan penderitaan seperti ini.

Rani datang dengan membawa makanan, buah - buahan dan sebotol air putih untuk kakaknya. Diletakkannya semua hidangan itu di meja di depan kakaknya. Tiba – tiba saja suara hujan terdengar di depan rumah. Rani spontan berlari ke depan rumah, untuk membereskan cucian yang baru saja selesai dijemurnya.

“ Mari Kak Erwin…aku bantu suapin makanannya yach...” Nany mengambil sendok dan piring yang sudah lengkap dengan nasi, lauk dan sayur. Tangan Nany sudah siap untuk memberi suapan pertama untuk Erwin.

Erwin menggelengkan kepala. Dan tersenyum.

“ Kenapa Kak…? Kakak malu yach aku suapin…? Gak usah malulah kak…anggap aja aku adik kakak juga. Aku gak punya kakak. Aku anak tunggal, Kak.” Nany menatap wajah Erwin, laki – laki yang sedari dulu dikaguminya, sejak Nany duduk dibangku kelas 2 SMK.

Erwin melamun sejenak. Di dalam hatinya yang paling dalam…Erwin tertawa bahagia. Belum pernah ada seorang gadis sejak musibah menimpa dirinya, memberi perhatian padanya. Sedangkan Tiara saja, kekasih hati yang dipacarinya selama 2 tahun, pergi meninggalkan dia dengan memberikan sebuah surat yang berisi salam perpisahan, saat mengetahui cacat fisik yang diderita Erwin.

Erwin membuka mulutnya perlahan. Nany tersenyum manis, walaupun Erwin tidak melihatnya. Nany memberikan suapan pertama pada Erwin. Dengan penuh rasa sabar, Nany menanti Erwin mengunyah makanan hingga habis. Lalu suapan kedua, disusul suapan ketiga. Erwin begitu senang dengan perhatian yang diberikan Nany. Betapa bahagianya Nany, bisa menyuapi makan seorang cowok yang sudah lama dikaguminya.

Rani datang dengan membawa setumpuk pakaian yang telah dirapikannya diluar. Rani cuma senyum – senyum saja melihat keakraban yang dipertunjukkan Nany sore ini kepada Kakaknya. Tiada doa yang Rani bisikkan saat itu di hatinya, selain berharap kehadiran Nany dalam hidup kakaknya, bisa membawa kebahagiaan dan perubahan sikap kakaknya dalam menghadapi musibah ini, menjadi seseorang yang tegar, sabar dan mau bangkit dari penderitaan, dengan memandang hidup lebih optimis.

***************

Nany merebahkan kepalanya di atas bantal yang paling empuk di kamarnya. Matanya memandangi langit – langit kamar yang diberi warna biru, dan sebentuk gambar awan yang teduh menggelayut di sana, di antara awan – awan itu tertulis nama Ayah Bunda Nany. Jadi sambil menatap hamparan langit yang biru tiap menjelang tidur, Nany bisa selalu mengingat kedua orang tuanya yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang.

Di dalam kamar yang berukuran luas itu, pikiran Nany tidak lepas kepada nama Erwin, wajah Erwin, dan sikap Erwin tadi sore yang benar – benar membuat Nany lucu dan bahagia. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?? Tapi Nany memang sudah lama jatuh cinta dengan Erwin, guru eskul komputernya yang selalu mengajarnya tiap sabtu sore. Cuma sayangnya, Erwin tidak pernah mengetahui getar – getar asmara Nany, tidak pernah mengetahui sinyal – sinyal cinta Nany. Erwin terlalu sibuk dengan aktifitasnya untuk menghidupi keluarga. Selepas Ayah Erwin meninggal dunia 3 tahun lalu. Dari hari Senin sampai Jumat, Erwin bekerja sebagai Marketing Bank Swasta di Jakarta. Hari Sabtu siang sampai dengan sore mengajar eskul komputer di SMK Nany. Hari Minggunya jalan – jalan sama Tiara, kekasih Erwin, yang cantik jelita itu. Manalah sempat Erwin untuk membaca email cinta dari hati Nany?.

Disaat yang bersamaan pula……di ruangan kamar yang tidak terlalu luas.
Erwin menatap langit – langit kamarnya yang tidak ada satupun awan – awan bertengger di sana. Hanya langit yang kosong. Bukan berwarna biru pula. Tapi berwarna putih.

Erwin tersenyum sendirian, meletakkan kedua tangannya di bawah bantal, dan kaki kanannya diletakkan di atas dengkul kaki sebelah kirinya. Mengingat kejadian sore tadi. Terbersit keanehan dalam diri Erwin. Kenapa hatinya begitu terusik dengan perhatian kecil yang diberikan Nany tadi sore, anak didiknya yang kebetulan satu kelas dengan adiknya.

Padahal, sikap Nany kalau di sekolah itu biasa saja. Tidak ada sikap yang istimewa yang ditonjolkan Nany. Bahkan saat mengajar pun, Erwin tidak pernah memberikan perhatian khusus pada gadis bersuara lembut dan berwajah imut itu. Kenapa kepergian Tiara dari hidupnya tidak bisa membuat Erwin bersedih hati, justru kedatangan Nany bisa memberi tawa bahagia di hatinya saat ini? Ada apa dengan hatiku? tanya Erwin.

***************

Di suatu sore yang cerah, selepas hujan. Erwin dan Nany bertemu di taman dekat komplek rumah Nany. Erwin datang diantar oleh Rani. Setelah urusan mereka berdua selesai, Rany berjanji akan menjemput Erwin kembali ke rumah.


“ Maaf yach Kak…aku meminta Kakak datang ke sini mendadak banget.” Nany membuka percakapan.

Di taman yang dipenuhi pohon – pohon besar yang rindang, rumput – rumput yang hijau yang tertata rapi, mereka berdua duduk berdekatan dibangku taman yang terbuat dari kayu, disediakan memang hanya satu oleh pengelola taman. Hanya sebagai dekorasi taman saja.

“ Gak apa – apa koq De…aku senang sekali bisa datang ke tempat ini, tempatnya sejuk dan nyaman. Masih serba hijau.” Erwin tersenyum simpul.

“ Hmm….aku cuma mau menyampaikan ini sama Kak Erwin…, dari rekan – rekan di sekolah dan rekan – rekan Kakak di kantor, semoga bermanfaat yach untuk Kakak…,” Nany memberikan amplop coklat berisi uang ke tangan Erwin. Diraihnya tangan Erwin agar memegang amplop coklat yang tebal itu.

Erwin menerimanya. Bingung dan khawatir dengan pemberian Nany.

“ Apa ini De…?” Erwin meraba – raba isi amplop itu.

“ Isinya uang Kak…, buat pengobatan mata Kakak. Udah 2 bulan, aku dan teman - temanku, menggalang dana di sekolah dan ke semua rekan kerja Kakak di kantor, atas info Bapak Ilham, tetanggaku yang jadi security di kantor Kak Erwin...,” Nany memandangi wajah Bapak gurunya dengan seksama, ada pelangi bahagia menyembul di wajah Erwin yang bulat.

“ Kenapa kamu harus repot – repot De…? Aku tak pantas mendapat perlakuan baik seperti ini. Selama aku mengajar kamu, aku gak pernah memperlakukan kamu istimewa. Aku malu De…!” Erwin menatap wajah Nany.

Andai dia bisa berterus terang pada Nany, dia sebenarnya bahagia masih ada orang yang peduli sama dirinya. Erwin berpikir, yang masih punya rasa peduli hanyalah keluarganya saja. Sejak Kecelakaan mobil yang menimpa Erwin, dan membutakan mata Erwin, Erwin keluar dari kantor. Mobil kantor yang dikendarainya harus masuk bengkel dengan biaya perbaikan yang tidak sedikit. Erwin mendapat pesangon 3 kali gaji pokok beserta uang pengobatan sekedarnya. Tak ada rekan kerjanya yang peduli dengan keadaannya. Begitupun Erwin mengajar di SMK Nany, hanya sebagai guru freelance, hanya mendapat sumbangan ala kadarnya saja dari guru – guru di sana.

“ Ya sudahlah Kakak..anggap aja ini rezeki dari Tuhan untuk Kak Erwin…!” Nany menghibur. Agar Erwin mau menerima uluran tangan dari kerja keras Nany selama ini.

“ Kalau aku masih dalam tahap penyembuhan nanti, apakah kamu akan terus bersikap baik padaku De…?” Erwin melontarkan pertanyaan pada Nany.

“ Maksud Kakak apa…? “ Tanya Nany tidak mengerti.

“ Seperti yang kamu beri beberapa hari lalu di rumahku itu...De, nyuapin aku.” Erwin malu – malu mengungkapkan isi hatinya.

“ Hehehe…pastinya Kak ! walaupun Kakak belum sembuh pun, aku masih mau koq menemani hari-hari Kakak…nyuapin Kakak lagi, ngobrol sama Kakak, menceritakan tentang acara TV sama Kakak, atau sekedar duduk di taman ini dan bercerita tentang indahnya rumput yang selalu menghijau, agar Kakak bisa menghirup udara segar dan semangat lagi menghadapi hidup, hhehhe….” Nany tertawa kecil.

“ Berarti kamu sayang dong sama aku, bener gak sih De…?” Erwin tersenyum menatap Nany.

“ Emangnya Kakak gak merasa seperti itu yach…?” jawab Nany balik.

“ Terima kasih yach De….atas jawaban kamu dan pemberian amplop yang sangat berharga ini.”

“ Sama – sama Bapak Guru....hhehehe….,”

Erwin tertawa lepas. Begitu juga Nany. Sepertinya binar-binar bahagia itu bukan cuma untuk Erwin, tapi juga untuk hati Nany. Rasa yang dahulu di pendam Nany pada guru komputernya, kini sudah bisa dirasakan Erwin. Dan Erwin pun sudah dapat memahami pesan cinta Nany. Dan menjawab pesan cinta Nany dengan cara yang instan.

Tak ada kata terlambat memang untuk mencintai seseorang, walaupun harus melalui sebuah rintangan dan keadaan yang paling tidak mengenakkan. Hingga Nany harus berjuang untuk membuktikan perasaan cintanya yang tulus pada Erwin dengan memberi perhatian tulus yang mungkin orang lain tidak dapat melakukannya. Memang benar yach, perbuatan itu ternyata lebih bermakna dari pada sebuah kata – kata manis yang hanya singgah di bibir saja.

Andai Erwin tahu, siapa sebenarnya yang malam itu menabrak Erwin, hingga Erwin yang berada dalam mobil, dalam keadaan menyetir langsung pingsan seketika. Dan beberapa serpihan kaca tanpa ampun menusuk ke dalam matanya, hingga membutakan kedua mata Erwin. Mungkin Erwin sama sekali tidak mau mengenal Nany. Karena orang yang menabrak Erwin telah melarikan diri hanya untuk menjaga reputasi karier dan keluarganya. Selama 2 bulan, Nany berusaha keras menyadarkan orang itu agar mengakui semua kesalahannya kepada Erwin dan keluarganya. Dan orang itu telah menemui Ibu dan adik Erwin sore ini di rumah. Saat Nany dan Erwin bercengkerama di taman. Tinggal menunggu Erwin sembuh dan melihat dunia kembali…Ayah Nany akan datang ke hadapan Erwin….untuk memohon maaf.

Tangerang, 17 Januari 2010
At 4.00 a.m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fans